PSBB DKI Jakarta Dilonggarkan, Angin Segar untuk Pasar Saham?

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Dua karyawan berbincang di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
12/10/2020, 08.48 WIB

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melonggarkan status pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menjadi transisi untuk periode 12-25 Oktober 2020. Sejumlah analis pasar modal menilai keputusan ini berpengaruh positif bagi indeks harga saham gabungan (IHSG) untuk perdagangan Senin (12/10).

"Relaksasi tersebut berpotensi mendorong naik sektor properti, konstruksi, infrastruktur, retail, konsumer, pakan ayam, dan rokok," kata Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang dalam risetnya pagi ini.

Edwin mengatakan IHSG berpeluang kembali melanjutkan kenaikannya pada hari ini, dimana IHSG berpotensi menuju level 5.100. Pasalnya, banyak sentimen positif yang siap mendukung pergerakan indeks hari ini.

Menurut analisisnya secara teknikal, IHSG hari ini bergerak dengan rentang level antara 5.006 hingga 5.090. Beberapa saham yang bisa menjadi rekomendasi di antaranya PT Vale Indonesia Tbk (VALE), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), dan PT Timah Tbk (TINS).

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, berdasarkan analisis teknikal, melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat dan diperdagangkan pada level 5.009 -5.117. Namun masih cukup kencang untuk mengubah tren pasar, cermati setiap sentimen yang ada.

Tarik-ulur kebijakan stimulus Amerika Serikat menjadi salah satu sentimen penggerak IHSG pada perdagangan hari ini. Di samping itu, sentimen Omnibus Law Cipta Kerja dinilai masih bisa mempengaruhi indeks Tanah Air juga.

Meski begitu, Nico mengatakan, Omnibus Law yang disahkan DPR pada Senin (5/10) tersebut, masih membawa berbagai catatan. Seperti pembukaan lapangan pekerjaan yang hanya mempertimbangkan kuantitas, tapi tidak kualitas, dinilainya harus menjadi perhatian agar terjadi keseimbangan.

"Kalau memang hanya kuantitas yang mengalami kenaikkan karena ada investor luar negeri yang berbondong-bondong masuk, sedangkan kualitas hidup masyarakat Indonesia juga sama atau mengalami penurunan, tentu hal tersebut akan menjadi sorotan seperti yang terjadi kemarin hingga terjadinya unjuk rasa," katanya.

IHSG DITUTUP MENGUAT (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/pras.)

Beberapa saham yang menurut Nico bisa diperhatikan pada perdagangan hari ini di antaranya PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT bank Central Asia Tbk (BBCA).

Sementara analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan mengatakan, IHSG berpeluang bergerak melemah pada perdagangan hari ini. Berdasarkan analisis secara teknikal, ia menilai indeks bergerak di rentang support 5.035-5.018. Sementara resistance di rentang 5.074-5.063.

"IHSG diprediksi melemah secara teknikal karena saat ini berada di area jenuh beli sehingga rawan terjadi koreksi," kata Dennies dalam risetnya.

Menurutnya, investor masih mencermati perkembangan stimulus di Amerika Serikat. Sementara dari dalam negeri, investor masih optimis dampak baik dari Omnibus Law Cipta Kerja. Sementara itu, kasus harian covid-19 masih cukup mengkhawatirkan.

Beberapa saham yang menjadi rekomendasi Dennies untuk perdagangan hari ini di antaranya PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai IHSG sepekan ini berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 5.001 sampai 4.881 dan resistance di level 5.099 sampai 5.187.

Menurutnya, seluruh dunia, termasuk Indonesia, masih menghadapi peningkatan kasus Covid-19. Beberapa negara menghadapi ancaman gelombang kedua menjelang musim dingin, sementara Indonesia masih terus mengalami peningkatan jumlah.

Meski begitu, status PSBB total di DKI Jakarta dinilainya tidak terlalu efektif menekan angka kasus baru Covid-19. Langkah pelonggaran menjadi PSBB Transisi dinilainya tepat karena menghentikan status lamanya.

"Pasar juga mencerna dengan seksama perkembangan politik di Amerika Serikat. Beberapa sektor akan positif akibat dampak Omnibus Low Cipta Kerja," kata Hans.

Hans menilai aksi penolakan Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja biarpun berlangsung anarkis, tidak membuat pelaku pasar panik. Pasar saham tetap positif karena demo berlangsung pendek dan tidak punya pengaruh besar pada perekonomian.

Tetapi, di tengah pandemi Covid-19 aksi demo akan menyebabkan klaster baru penyebaran virus covid 19. "Kami perkirakan akan terjadi lonjakan kasus positif Covid-19 satu minggu setelah demo yang terjadi," katanya.