PT Trans Airways, entitas usaha CT Corps milik pengusaha Chairul Tanjung, memborong saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dari Finegold Resources Ltd. Transaksi yang dilakukan pada 6 Mei 2021 tersebut, nilainya mencapai Rp 317,23 miliar.
Berdasarkan keterangan Garuda Indonesia berdasarkan surat Trans Airways dalam keterbukaan informasi, Senin (10/5), jumlah saham yang dibeli tercatat sebanyak 635,73 juta unit saham dengan harga sebesar Rp 499 per saham. Nilai tersebut lebih tinggi dibanding harga saham pada penutupan perdagangan 6 Mei 2021, yakni Rp 324 per saham.
Akibat dari pembelian saham tersebut, saat ini Trans Airways mengempit sebanyak 7,31 miliar unit saham Garuda atau setara dengan 28,26% dari seluruh modal. Porsinya meningkat 2,45% dari persentase saham yang dimiliki Trans Airways sebelumnya 25,81% atau sebanyak 6,68 miliar unit saham.
Garuda menjadi salah satu emiten yang kinerjanya anjlok karena pandemi Covid-19. Mobilitas masyarakat yang menurun drastis menjadi penyebab utama. Saham Garuda di pasar modal pun tercatat merosot signifikan pada masa awal pademi Covid-19. Pada 23 dan 24 Maret 2020, sahamnya menyentuh level 150 per saham.
Berdasarkan laporan keuangan terakhir yang disampaikan, maskapai penerbangan milik pemerintah tersebut harus menanggung kerugian senilai US$ 1,07 miliar atau setara Rp 15,34 triliun hingga triwulan ketiga 2020 (asumsi kurs: Rp 14.280 per dolar).
Kinerja kuartal ketiga 2020 berbanding terbalik dengan raihan profit periode yang sama tahun lalu. Garuda mampu meraih laba bersih US$ 122,42 juta atau Rp 1,74 triliun pada triwulan ketiga 2019.
Penurunan kinerja tersebut disebabkan pendapatan usaha Garuda yang anjlok. Hingga akhir September 2020, Garuda hanya mampu mengantongi pendapatan senilai US$ 1,13 miliar, turun hingga 67,85% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu senilai US$ 3,54 miliar.
Pendapatan Garuda mayoritas masih didominasi dari penerbangan berjadwal, senilai US$ 917,28 juta pada triwulan III 2020. Masalahnya, pendapatan penerbangan berjadwal ini anjlok hingga 67,19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 2,79 miliar.
Penerbangan berjadwal tersebut penerbangan penumpang serta kargo dan dokumen. Dari penumpang, Garuda hanya mampu mengantongi pendapatan US$ 736,51 juta, turun hingga 71,14% secara tahunan. Sementara, pendapatan dari pengiriman kargo dan dokumen US$ 180,77 juta atau turun 25,89% secara tahunan.