Bursa Efek Indonesia (BEI) menyampaikan nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia bisa bertambah hingga Rp 553,9 triliun jika enam unicorn yang ada di Indonesia mencatatkan sahamnya di bursa nasional.
Aditya Nugraha, Kepala Unit Pengembangan Startup dan SME BEI menyampaikan nilai itu tercatat 7,69% dari total kapitalisasi pasar yang ada saat ini sebesar Rp 7.279 triliun. Asumsi nilai kapitalisasi itu berdasarkan perkiraan nilai valuasi terkini dan data kapitalisasi pasar per 16 Juli 2021.
"Manfaat bagi pasar modal jika unicorn IPO (initial public offering), salah satunya pottensi peningkatan nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia sebesar Rp 553,9 triliun," ujar Aditya dalam Edukasi Wartawan terkait IPO Unicorn melalui pertemuan virtual, Rabu (28/7).
Berdasarkan paparan BEI, dari 12 unicorn yang terdapat di kawasan Asia Tenggara, enam di antaranya berada di Indonesia. Aditya mengklaim Indonesia menjadi penghasil perusahaan unicorn terbanyak di kawasan ini
"12 unicorn di Asia memiliki valuasi pre-IPO gabungan sebesar US$ 38,2 miliar," katanya.
Sejumlah perusahaan unicorn yang ada di Indonesia antara lain, Bukalapak, Traveloka, J&T Express, JD.id, dan OVO. Sementara itu, perusahaan gabungan antara Gojek Indonesia dan Tokopedia, GoTo, kini masuk ke dalam jajaran decacorn.
Di kawasan Asia Tenggara, terdapat 70 perusahaan centaur atau perusahaan rintisan (startup) dengan valuasi US$ 100 juta - US$ 1 miliar. Dari jumlah itu, sebanyak 39% atau 27 perusahaan di antaranya berasal dari Indonesia.
Hal itu membuktikan, Negeri Katulistiwa memiliki potensi besar untuk menghasilkan unicorn baru di masa mendatang. "Centaur juga berpotensi untuk IPO dengan nilai perolehan dana dan nilai kapitalisasi pasar besar ke depan," ujarnya.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan aksi korporasi para unicorn yang melantai di bursa akan meningkatkan kredibilitas pasar modal nasional.
Tak hanya itu, jumlah pengguna aplikasi yang dikelola perusahaan teknologi di Indonesia itu juga memunculkan potensi pertumbuhan investor yang besar di pasar modal. "Melalui konversi pengguna menjadi investor perusahaan tersebut," ujarnya.
Penambahan perusahaan tercatat dari industri teknologi juga dianggap meningkatkan potensi Indonesia sebagai tujuan investasi bagi investor global. Dia memperkirakan komposisi dari sektor teknologi pada portofolio investor akan meningkat di masa mendatang.
"Himpunan dana IPO unicorn potensinya besar dan punya jangkauan investor yang luas juga. Jadi ini meningkatkan partisipasi investor. Pada akhirnya, SID (nomor identitas tinggal investor) baru akan bertambah," ujar Nyoman.
Menurut dia, Indonesia menjadi rumah bagi para unicorn. Untuk itu, otoritas bursa memfasilitasi perusahaan untuk dapat terus berkembang.
Hal itu diwujudkan dengan penyediaan papan akselerasi untuk startup yang prospektif. Selanjutnya, perusahaan yang berkembang bisa tercatat di papan pengembangan, bahkan papan utama, sesuai peraturan yang berlaku.