Harga Saham Golden Energy Melonjak 95% dalam Sebulan, Apa Pemicunya?

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Ilustrasi. Manjamen PT Golden Energy Mines Tbk mengatakan lonjakan harga saham perusahaan dalam sepekan terakhir antara lain terjadi karena rencana pembagian dividen perusahaan.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
29/12/2021, 16.57 WIB

Harga saham PT Golden Energy Mines Tbk melonjak 95.34% selama 30 hari terakhir ke level Rp 8.400 per saham. Kenaikan harga terutama terjadi dalam sepekan terakhir dan sempat menyentuh harga tertinggi Rp 9.650 per saham pada perdagangan hari ini. 

Corporate Secretary GEMS Sudin SH menjelaskan, setidaknya ada tiga hal yang mempengaruhi lonjakan harga saham perseroan. Pertama, rencana pembagian dividen interim keempat tahun ini yang telah disetujui dewan direksi dan dewan komisaris pada tanggal 24 Desember 2021. 

"Keterbukaan informasi perihal ini telah disampaikan perseroan melalui IDX-net pada tanggal 28 Desember 2021 perihal jadwal dividen tunai interim," kata Sudin dalam keterbukaan informasi di laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (29/12). 

Perusahaan rencananya akan membagikan dividen interim keempat untuk tahun buku 2021 senilai US$  110 juta atau setara dengan Rp 1,56 triliun. Dengan demikian dividen per saham Rp 265,9. 

Kedua, peningkatan laba yang signifikan secara tahunan berdasarkan laporan keuangan perseroan periode Januari-November 2021. Peningkatan keuntungan disebabkan oleh kenaikan harga batu bara di dalam negeri. 

Berdasarkan laporan keuangan emiten pertambangan berkode GEMS ini, pendapatan pada Januari-November 2021 mencapai US$ 1,44 miliar atau naik 50.67% dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 957,32 juta. Ekspor mendominasi pendapatan perseroan dengan porsi 64.32% dari total pendapatan atau senilai US$ 927,75 juta. 

Pendapatan dari ekspor melonjak 65,71% dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 559,84 juta. Sementara itu, penjualan domestik tumbuh 29.47% menjadi US$ 514,62 juta. 

Efisiensi yang dilakukan perseroan berhasil membuat laba usaha perusahaan pada 11 bulan tahun ini naik hampir empat kali lipat dari US$ 109,95 juta pada Januari-November 2020 menjadi US$ 431,62 juta. Sementara laba bersih melonjak 295.82% menjadi US$ 324,2 juta. 

Ketiga, peningkatan indeks sektor energi pada 17-24 Desember 2021 sebesar 1,79%. Sudin menilai, salah satu sentimen yang mendorong pertumbuhan itu adalah rencana pemerintah terkait harga batu bara terhadap PT Perusahaan Listrik Negara dari US$ 70 per ton menjadi US$ 90 per ton. 

Berdasarkan data Stockbit, saham GEMS konsisten berada di zona hijau sepanjang 2021. Harga saham GEMS mulai menanjak pada April 2021 dan telah naik 5.850 poin atau 229,41% sepanjang tahun ini. 

Rasio harga saham terhadap laba atau price to earning (PE) GEMS juga konsisten berada di zona hijau. Saat ini, rasio PE GEMS ada di posisi 10,36 kali. 

Direktur Pembinaan Program Ditjen Minerba Kementerian Energi dan Sumer Daya Mineral (ESDM) Sunindyo Suryo Herdadi sebelumnya membeberkan bahwa pihaknya beserta para stakeholder tengah mengevaluasi harga DMO batu bara. Namun ia dapat membeberkan rencana itu secara lebih rinci.

"Kalau secara formula kita masih tetap gunakan yang empat index tadi cuma memang sekarang kita sedang mengevaluasi capping harga US$ 70 per ton. Nanti untuk detail seperti apa, tentunya kan kita melihat perkembangan kepatuhan para wajib DMO kepada PLN," kata Sunindyo. 

Sementara itu, Dewan Pengawas Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (ASPEBINDO) Ita Gayatri mengatakan, pihaknya mengusulkan agar harga DMO batu bara untuk sektor kelistrikan dapat ditingkatkan. Setidaknya sama dengan harga khusus yang diberikan untuk industri semen dan pupuk US$ 90 per ton. "Untuk mengamankan pasokan batu bara untuk PLN," kata Ita dalam keterangan tertulis.

Reporter: Andi M. Arief