Investor Saham Naik 103% Sepanjang 2021, Milenial Minat Saham Digital

ANTARA FOTO/Reno Esnir
Pengunjung beraktivitas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di galeri PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (4/2/2020).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Lavinda
30/12/2021, 15.22 WIB

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada peningkatan jumlah investor saham serta pergeseran profil aktivitas transaksi di pasar domestik. Hal itu disebabkan oleh minat investor milenial ke sektor teknologi dan solusi digital. 

Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor individu di pasar modal naik 92,7% secara tahunan menjadi 7,47 juta orang hingga akhir 2021, dari periode tahun lalu sebanyak 3,88 juta orang. Adapun, jumlah investor saham naik 103,37% menjadi 3,44 juta orang. 

Menurut data BEI, lebih dari 80% atau sebanyak 2,7 juta investor datang dari generasi Milenial (kelahiran 1981 - 1996) dan generasi Z (kelahiran 1997 - 2012). Secara rinci, investor dengan usia 18-25 tahun mencapai 39%, sedangkan kelompok usia 26-30 dan 31-40 masing-masing berkontribusi sebesar 21%. 

Pertumbuhan investor muda atau berusia di bawah 40 tahun tumbuh 88%  atau 1,51 juta secara tahunan. Total aset yang dimiliki investor muda yang bermain saham tercatat mencapai Rp 106,05 triliun. 

Dengan kata lain, investor dari generasi X dan Baby Boomer masih mendominasi total aset di pasar saham hingga Rp 709,16 triliun atau setara dengan 86,99% aset investor individu di pasar saham. Namun demikian, jumlah investor dari generasi X dan Baby Boomer hanya 18,55% dari total investor saham individu. 

Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi mengatakan investor milenial cenderung memilih saham dari emiten  yang berkecimpung di industri gaya hidup, khususnya sektor-sektor teknologi dan solusi digital. Sebelumnya, investor lebih gemar pada saham emiten dengan kapitalisasi pasar yang besar dan memiliki likuiditas tinggi. 

"Proses transaksi di luar (Indeks) LQ45 lebih dominan atau mendominasi likuidasi transaksi harga. Sektornya apa saja? Terutama sektor-sektor teknologi dan solusi digital. Kalaupun ada perbankan, yang diminati adalah mengadopsi solusi digital," kata Hasan dalam konferensi pers Penutupan Perdagangan 2021, Kamis (30/12). 

Secara umum, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan ada beberapa sektor yang menjadi pilihan investor sepanjang 2021. Beberapa sektor yang dimaksud Yetna adalah teknologi, infrastruktur, basic material, finansial, dan transportasi. 

"Semua sektor akan bergerak, tapi preferensi akan terlihat," kata Yetna. 

Investor Reksa Dana

Di sisi lain, jumlah investor reksa dana tumbuh paling besar atau sebesar 115,06% menjadi 6,82 juta orang hingga 28 Desember 2021 dari realisasi 2020 sebanyak 3,17 juta orang. Sementara itu, jumlah investor surat berharga naik 32,68% menjadi 610 ribu orang. 

Secara total, KSEI mendata ada 11,28 juta nomor identitas tunggal investor atau single investor identification (SID). Adapun, SID S-MULTIVEST atau SID Multi Investasi Terpadu atau S-MULTIVEST mencapai 4,01 juta unit. 

Sebanyak 99,53% dari total investor pasar modal saat ini adalah investor ritel, sedangkan sebanyak 0,47% merupakan investor institusi. Selain itu, sebanyak 73,99% atau 5,53 juta investor memiliki rekening di agen penjualan teknologi finansial atau Selling Agent (SA) Fintech. 

Selain itu, 17 SA Fintech yang ada di dalam negeri mendominasi 90,36% transaksi pembelian reksa dana di dalam negeri, sedangkan penjualan mencapai 88,96%.  

Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan jumlah investor secara absolut akan tumbuh pada tahun depan. Namun demikian, target untuk menjaga laju pertumbuhan jumlah investor pada tahun depan akan berat untuk dicapai. 

"Tetapi, tetap kami upayakan. Saya harapkan,dengan bantuan stakeholder, tahun 2022 kita bisa sampai 10 juta orang," kata Inarno. 

Reporter: Andi M. Arief