Emiten bank yang dimiliki konglomerat Chairul Tanjung (CT), PT Bank Mega Tbk (MEGA), mengalami perubahan komposisi kepemilikan saham setelah perusahaan menerbitkan sebanyak 4,77 miliar saham baru.
Informasi penambahan saham baru ini disampaikan oleh Biro Administrasi Efek, PT Datindo Entrycom dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia sehubungan dengan adanya pembagian dividen saham dan saham bonus Bank Mega.
"Bersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal 23 Maret 2022 telah diterbitkan saham baru sebanyak 4,77 miliar saham," kata Direktur Utama PT Datindo Entrycom, E. Agung Setiawati.
Sehingga total saham ditempatkan dan disetor penuh Bank Mega bertambah dari sebelumnya berjumlah 6,96 miliar saham menjadi sebanyak 11,74 miliar saham.
Seiring perubahan tersebut, terdapat beberapa pemegang saham baru di emiten bersandi MEGA tersebut, di antaranya adalah Grup Salim sebagaimana yang dilaporkan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mengenai pemegang saham dengan kepemilikan di atas 5% pada 23 Maret 2022.
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) misalnya, menguasai sebanyak 355,598,973 saham atau setara 5,11%. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), atau induk dari ICBP, juga kini menguasai sebanyak 574,606,096 saham Bank Mega dengan kepemilikan 8,25%
Sedangkan, Indolife Pensiontama tercatat memiliki sebanyak 568,630,060 saham atau setara 8,17% kepemilikan saham yang dilakukan melalui dua kali transaksi, pertama sebanyak 557.170.229 dengan pemegang rekening efek PT Bank HSBC Indonesia dan kedua, 11.459.831 saham melalui NET Sekuritas.
Dengan demikian, Grup Salim, melalui ketiga entitas perusahaannya tercatat menguasai sebanyak 21,53% saham di Bank Mega. Sebelum adanya transaksi tersebut, komposisi pemegang saham perusahaan sampai dengan efektif 28 Februari 2022 ialah PT Mega Corpora selaku pemegang saham pengendali dengan kepemilikan 58,02%. Pemegang saham publik 41,98%.
Berdasarkan laporan KSEI pada 9 Maret 2022 lalu, anak usaha Grup Salim yang bergerak di bidang asuransi jiwa dan dana pensiun, PT Indolife Pensiontama sempat menghilang dari daftar pemegang saham MEGA.
Dalam dokumen tersebut, kepemilikan saham PT Mega Corpora, selaku pemegang saham pengendali meningkat dari sebelumnya 41,98% atau setara 2,92 miliar saham menjadi 58,02% atau 4,03 miliar saham. Sedangkan, sisanya dimiliki oleh investor publik dengan komposisi kepemilikan 41,98% saham.
Data perdagangan di BEI juga menunjukkan terjadinya transaksi crossing atas saham MEGA senilai Rp 12,07 triliun dalam dua sesi perdagangan. Rinciannya, di sesi pertama senilai Rp 5,95 triliun dan sesi kedua perdagangan senilai Rp 6 triliun dari 1,12 miliar saham yang dilepas dengan rata-rata harga pelaksanaan Rp 10.688 per saham.
Pada penutupan perdagangan Jumat lalu (28/3), harga saham MEGA terpantau melemah 1,61% ke level Rp 6.125 per saham dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 71,92 triliun.
Emiten bank dengan kode saham MEGA ini, sepanjang tahun 2021 lalu tercatat membukukan perolehan laba bersih senilai Rp 4,01 triliun, naik 33,3% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Kenaikan laba bersih itu utamanya ditopang oleh pendapatan bunga bersih yang naik sebesar 23,7% menjadi Rp 4,84 triliun dan pendapatan fee based income (FBI) sebesar 7,55% menjadi Rp3,14 triliun.
Sepanjang tahun 2021, Bank Mega mencatat pertumbuhan kredit sebesar 25,14 persen menjadi Rp60,68 triliun dari Rp48,59 triliun pada 2020.
Pertumbuhan kredit itu mengerek total aset MEGA menjadi Rp112,20 triliun atau meningkat 18,43% dari tahun sebelumnya.
Sebelumnya, kemesraan CT Corp dan Grup Salim di sektor jasa keuangan terjalin tak hanya di Bank Mega. Chairman CT Corp, Chairul Tanjung sebelumnya mengumumkan kolaborasi dengan Grup Salim dan sejumlah institusi digital raksasa untuk membangun ekosistem digital dan fisik di berbagai lini usaha di perusahaan bank digital miliknya, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI).