Saham Emiten Nikel Menguat Efek Mega Konsorsium Antam-IBC-CATL Rp 85 T

ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj.
Ilustrasi perdagangan di Bursa Efek Indonesia
Penulis: Syahrizal Sidik
18/4/2022, 11.20 WIB

Saham-saham emiten pertambangan nikel pada perdagangan awal pekan ini bergerak menguat seiring efek dari mega konsorsium PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Industri Baterai Indonesia (IBC) dan produsen baterai China Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) di proyek integrasi baterai kendaraan listrik Indonesia.

Nilai investasi yang digelontorkan gabungan ketiga konsorsium tersebut senilai US$ 5,97 miliar atau sekitar Rp 85,77 triliun.

Saham Antam misalnya, pada Senin ini (18/4) bergerak naik 1,44% ke level Rp 2.820 per saham. Emiten nikel lainnya juga ikut terkerek seperti  PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sebesar 0,94% ke level Rp 8.050 per saham.

Analis Mirae Asset Sekuritas, Hariyanto Wijaya menilai proyek integrasi baterai kendaraan listrik senilai US$6 miliar yang berfokus pada penambangan dan pemrosesan nikel, bahan baterai, dan pembuatan baterai itu akan berimplikasi positif pada Grup Antam.

"Penandatanganan perjanjian ini menurut kami seharusnya membawa sentimen positif bagi harga saham ANTM," ungkap Hariyanto, dalam publikasi riset.

Bloomberg menuliskan, konsorsium tersebut akan menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam rantai pasokan kendaraan listrik yang terkait dengan cadangan nikelnya yang sangat besar, bahan baterai yang vital. Berdasarkan data United States Geological Survey, Indonesia juga tercatat sebagai produsen nikel terbesar di dunia sepanjang tahun 2021 lalu dengan produksi nikel sebesar 1 juta metrik ton, mengalahkan Filipina dan Rusia. 

Dalam proyek itu, Antam dan IBC akan bekerja sama dengan cucu usaha CATL yakni Ningbo Contemporary Brunp  Lygend CO., Ltd (CBL). Ini merupakan anak usaha Brunp Recycling Technology Co., Ltd.

Sebelumnya, CATL memiliki beberapa keterlibatan di Indonesia, sementara perusahaan China termasuk Tsingshan Holding Group memainkan peran utama di sektor nikel negara tersebut.

“Proyek Indonesia merupakan tonggak penting bagi CATL karena kami memperluas jejak global kami, dan itu akan menjadi lambang persahabatan abadi antara China dan Indonesia,” Robin Zeng, pendiri dan ketua CATL.

Proyek ini akan berbasis di provinsi Maluku Utara, Indonesia. Usaha patungan tersebut masih membutuhkan persetujuan dari pemegang saham perusahaan dan regulator.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, kerja sama dengan CATL menjadi sangat penting bagi Indonesia yang sedang berupaya membangun ekosistem kendaraan listrik.

"Saya yakin, dengan upaya bersama dari semua pihak, proyek ini akan berhasil dilaksanakan," kata Luhut, seperti dikutip Xinhua.