Fenoma ledakan gelembung (bubble burst) sedang melanda banyak perusahaan rintisan Tanah Air. Salah satu sektor yang terdampak adalah perusahaan e-commerce.
Lantas, bagaimana dampak bubble burst startup terhadap minat perusahaan startup yang berencana melantai di Bursa Efek Indonesia?
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setia menyampaikan, kondisi eksternal, seperti fenomena ledakan gelembung yang melanda perusahaan rintisan akan menjadi salah satu pertimbangan perusahaan teknologi yang hendak melantai di BEI.
"Tentunya, kondisi eksternal environment, tentunya akan berdampak pada semua sektor, misalnya e-commerce," kata Nyoman, kepada awak media dalam konferensi pers RUPS Tahunan BEI.
Namun demikian, kata Nyoman, perkembangan itu masih sangat dinamis. BEI juga mencatat, masih terdapat 40 perusahaan yang berencana melantai di pasar modal Tanah Air. "IPO saat ini ada 40 perusahaaan di pipeline dengan berbagai sektor, bukan hanya sektor new economy," imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Aldiracita Sekuritas, Rudy Utomo mengatakan, masih banyak beberapa perusahaan unicorn yang berpotensi menjadi perusahaan publik setelah PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).
"Ada perusahaan sejenis (GOTO) yang akan melakukan listing. Trennya tahun ini GoTo, perusahaan teknologi yang akan IPO bisa bertambah 1 sampai 2 perusahaan," terang Rudy yang juga Ketua Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) ini.
Selain perusahaan unicorn, kata Rudy, Indonesia saat ini juga memiliki banyak perusahaan rintisan centaur, dengan valuasi senilai US$ 100 juta, atau setara Rp 1,4 triliun yang juga bisa berpotensi menghimpun pendanaan dari pasar modal. "Centaur banyak sekali sekitar 50 perusahaan, bayangkan saja mereka akan melihat pendanaan dari pasar modal," ungkapnya.
Catatan Katadata.co.id, saat ini, PT Global Digital Niaga atau Blibli.com dikabarkan sedang memfinalisasi rencana penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) dengan menunjuk PT BRI Danareksa Sekuritas dan PT BCA Sekuritas sebagai penjamin emisi.
"Blibli akan segera roadshow dan mengamankan listing pada pertengahan hingga akhir Juli tahun ini," ungkap seorang sumber dikutip dari D-insight, Selasa (21/6).
Hanya saja, manajemen Blibli.com enggan memberi komentar lebih detail terkait pernyataan tersebut. "Mohon maaf sekali terkait perihal ini, kami tidak bisa memberikan komentar terhadap rumor atau spekulasi yang beredar," ujar Head of Corporate Communication Blibli.com Yolanda Nainggolan, Selasa (22/6) saat dikonformasi.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga memberi sinyal bahwa Blibli.com akan menjadi satu dari delapan perusahaan teknologi yang go-public tahun ini. Deputi Komisioner Pengawasan Pasar Modal I OJK Djustini Septiana menyebutkan, hingga 11 Juni 2022, terdapat 57 perusahaan yang ada dalam pipeline IPO. Dari 57 perusahaan yang antre untuk mencatatkan sahamnya, delapan dari perusahaan tersebut di antaranya berasal dari sektor teknologi dengan nilai mencapai Rp 7,36 triliun.
Nilai IPO perusahaan teknologi sangat tinggi, meski belum banyak perusahaan yang masuk dalam kategori unicorn dan decacorn yang akan melakukan IPO. "Pada saat mereka melakukan IPO itu offeringnya cukup tinggi, seperti GoTo, dan sebentar lagi Blibli," kata Djustini dalam Media Briefing OJK, Selasa (14/6).