Harga saham emiten bank digital di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mengalami tekanan dalam sepekan terakhir.
Saham emiten bank digital milik pengusaha Chairul Tanjung, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) misalnya, dalam sepekan ini harga sahamnya anjlok 25,16% ke level Rp 2.320 per saham. Sedangkan, hari ini saham emiten bersandi BBHI ini hampir menyentuh batas auto reject bawah (ARB) dengan pelemahan 6,45%.
Saham emiten bank digital lainnya, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), juga mengalami koreksi 8,04% dalam sepekan terakhir. Hari ini, harga sahamnya juga mengalami penurunan 1,43% ke level Rp 1.035 per saham.
Sedangkan, saham bank digital PT Bank Jago Tbk (ARTO), tak luput dari tekanan. Dalam seminggu terakhir, harga sahamnya turun 1,63% ke level Rp 104,61 triliun dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 104,61 triliun.
Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama, menilai penurunan harga saham emiten bank digital karena saat ini masih minimnya katalis positif dari emiten tersebut. Selain itu, investor masih menunggu aksi korporasi perusahaan yang akan dilakukan dalam waktu dekat ini.
Sebagaimana diketahui, sejumlah bank digital akan menggelar aksi penambahan modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue guna memenuhi ketentuan modal inti minimal Rp 3 triliun di tahun ini sebagaimana disyaratkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Kinerja fundamental bank digital juga belum mencatatkan kinerja atau performa yang optimal. Ada penurunan kinerja dari sisi laba dan NIM, sedangkan secara industri, PBV bank digital itu lebih tinggi," ungkapnya, saat dihubungi Katadata.co.id, Rabu (21/9).
Selain itu, investor juga akan melakukan komparasi saham-saham bank digital mana saja yang secara valuasinya menarik dan melakukan aksi korporasi dalam waktu dekat.
"Jadi, kalau menurut saya, ini membuat persepsi pelaku investor terhadap perbankan digital lebih prudent, sambil menanti aksi korporasi penting," imbuhnya.