Indeks bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup naik pada perdagangan Rabu (14/2) karena peningkatan kinerja sejumlah saham. Padahal, bursa saham ini sempat anjlok akibat kekhawatiran pasar terhadap inflasi AS yang tinggi.
Indeks S&P 500 tercatat naik sebesar 0,96% dan ditutup pada level 5.000,62. Sementara Nasdaq Composite menguat 1,3% dan menetap di 15.859,15. Dow Jones Industrial Average juga meningkat sebanyak 151,52 poin atau 0,4%, ditutup pada 38.424,27.
Di samping itu, saham Lyft meroket 35% setelah mencatat pendapatan kuartal keempat yang melampaui perkiraan. Meskipun Airbnb berhasil mengalahkan ekspektasi pendapatan pada kuartal terakhirnya, namun saham perusahaan tersebut merosot sebesar 1,7%.
Kemudian saham Nvidia melesat hampir 2,5% hingga menyebabkan kapitalisasi pasar produsen chip ini melampaui kapitalisasi pasar dari anggota.
Saham teknologi dengan kapitalisasi besar atau magnificent 7 lainnya adalah Alphabet. Kenaikan saham Alphabet terjadi usai Nvidia turun sekitar 0,2% pada hari Selasa (13/2). Hal ini seiring dengan kenaikan imbal hasil obligasi AS memengaruhi saham-saham teknologi menjadi negatif.
Sebelumnya, pada hari Selasa (13/2), Dow Jones, yang terdiri dari 30 saham turun lebih dari 1% hingga mencatatkan indeks terburuk sejak Maret 2023. S&P 500 dan Nasdaq Composite juga merosot lebih dari 1%.
Inflasi Picu Aksi Jual di Pasar
Hal ini dipicu oleh angka inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi. Dengan demikian memicu aksi jual sebab pasar khawatir Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) mungkin tidak akan memangkas suku bunga secepat yang mereka harapkan.
Menurut Kepala Strategi Investasi CFRA, Sam Stovall, pasar saat ini berada pada tingkat kelebihan pembelian, namun belum mencapai tingkat kelebihan penjualan.
Meskipun terdapat beberapa potensi kerentanan dalam waktu dekat, yang memicu koreksi, Stovall menyebut tidak ada indikasi bahwa pasar akan mengalami penurunan lebih dari 10%.
"Saya pikir ini adalah kemunduran yang lebih korektif yang diperlukan sebelum kita dapat melanjutkan kenaikan," kata Sam Stovall dikutip CNBC, Kamis (15/2).
Laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Januari, kemungkinan akan mendorong penurunan suku bunga The Fed pada paruh kedua 2024, dibandingkan ekspektasi awal investor untuk penurunan suku bunga pada awal Maret 2024.