Respons BEI Soal Perusahaan RI yang Memilih IPO di Luar Negeri
Bursa Efek Indonesia (BEI) buka suara perihal perusahaan Indonesia yang lebih memilih mencatatkan sahamnya atau Initial Public Offering (IPO) di luar negeri daripada di pasar modal Indonesia.
Misalnya J&T Express yang mencatatkan sahamnya di bursa saham Hong Kong pada Oktober 2023 lalu. Kemudian perusahaan fintech asal Indonesia yang didirikan oleh mantan CEO Indosat Alexander Rusli, DigiAsia juga IPO di Amerika Serikat dan terdaftar di bursa saham Nasdaq dengan kode saham DAAS.
Merespons hal tersebut, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengungkapkan bahwa bursa telah melakukan kerja sama untuk mengadakan survei terhadap konglomerasi dan grup-grup besar yang belum terdaftar sebagai perusahaan publik di Indonesia.
“Tujuannya adalah bagaimana kita menggali dari mereka, dari owner, untuk mengetahui apa yang mengakibatkan mereka belum masuk ke pasar modal kita,” kata Nyoman di gedung BEI, Jakarta, Senin (13/8).
BEI Lakukan Dua Riset
Tak hanya itu, BEI juga tengah melakukan dua riset. Pertama, dari sisi supply side, BEI ingin memahami kenapa grup-grup besar belum terdaftar di pasar modal Indonesia. Kedua, dari sisi demand side, BEI juga akan meneliti persepsi investor tentang tipe perusahaan besar yang mereka inginkan.
Hasil dari kedua riset ini akan digabungkan menjadi umpan balik bagi regulator dan pemangku kepentingan. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan pasar modal di masa depan dan dia berharap kedua riset ini akan rampung pada Desember 2024.
“Dan kami akan sharing, ya tentunya kami sampaikan dulu kepada regulator,” ujar Nyoman.
Rencana IPO di Luar Negeri
Sebelumnya, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) berencana mencatatkan saham di New York Stock Exchange (NYSE), National Association of Securities Dealers Automated Quotations (NASDAQ), Hong Kong Stock Exchange (HKSE), Singapore Stock Exchange (SGX) atau London Stock Exchange (LSE).
Namun rencana tersebut batal terlaksana karena perseroan ingin fokus memperbaiki kinerja keuangan terlebih dahulu. Mengingat, emiten teknologi ini masih mencatatkan rugi Rp 2,84 triliun pada semester I 2024.
Tak hanya GOTO, Startup penyedia layanan wisata atau online travel agent (OTA) Traveloka dikabarkan hampir mengumpulkan pendanaan lebih dari US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,9 triliun. Unicorn ini sebelumnya mengkaji pencatatan saham perdana alias IPO di bursa AS.