Garuda Ingin Negosiasi Utang Sukuk US$ 500 Juta yang Jatuh Tempo Juni

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Ilustrasi, pesawat Garuda Indonesia bersiap mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (23/1/2020).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
6/5/2020, 06.46 WIB

Bunga tersebut dibayar setiap enam bulan, mulai 3 Desember 2015. "Hasil yang diperoleh digunakan untuk reprofiling portofolio utang Perusahaan," demikian dikutip dari laporan keuangan Garuda 2019.

Untuk membayar utang tersebut, Garuda sempat membuka opsi menerbitkan sukuk global dan instrumen pendanaan lainnya senilai US$ 900 juta setara Rp 12,59 triliun pada awal tahun ini. “Kami akan menunggu sampai ada waktu yang tepat," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, Februari lalu (27/2).

(Baca: Utang Rp 7,5 T Jatuh Tempo Mei-Juni, Garuda Nego Tunda Bayar ke Bank)

Akibat pandemi virus corona, sejumlah maskapai penerbangan memang mengalami kesulitan keuangan. Sebagian bahkan menerapkan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan merumahkan sementara pegawainya. Kebijakan ini dilakukan demi memangkas ongkos produksi yang tak tertutup akibat pendapatan menurun signifikan.

Data OAG Aviation World Wide menyatakan tren kapasitas jadwal terbang secara global memang mengalami penurunan drastis dalam periode 6 Januari-23 Maret. Pada 3 Februari kapasitas jadwal terbang global lebih rendah 3,6% dibanding tahun sebelumnya di tanggal sama. Titik paling rendah dalam rentang waktu itu terjadi pada 23 Maret, yakni menurun 28,7% dibanding tanggal sama di 2019.

(Baca: Kalutnya Dunia Penerbangan Nasional di Tengah Pandemi Covid-19)

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin