Bank Indonesia sudah menurunkan bunga acuan sebesar 2% sepanjang tahun ini ke posisi 4%. Penurunan bunga acuan ini pun mulai berdampak pada bunga kredit pemilikan rumah.
Berdasarkan data BI, rata-rata bunga KPR pada Juni tercatat sebesar 8,85%, turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 9,43%. Meski bunga sudah turun, permintaan KPR tak serta merta membaik.
KPR pada Juli hanya tumbuh 3,4%, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 3,5%. Total penyalurannya sebesar Rp 509,2 triliun.
Demi mendongkrak permintaan, sejumlah bank bahkan memberikan tawaran bunga lebih rendah dalam periode terbatas alias promo.
PT Bank Central Asia Tbk misalnya, memberikan tawaran bunga KPR mulai dari 5,88%, tetap selama 3 tahun. Namun, tawaran bunga ini diberikan secara terbatas hanya pada gelaran BCA Onlineexpo pada 9 September hingga 10 Oktober. Sementara suku bunga dasar KPR BCA tercatat sebesar 9,4%.
Tawaran bunga murah juga diberikan PT Bank CIMB Niaga Tbk. Bank asal Malaysia ini menawarkan bunga KPR sebesar 6% tetap selama 3 tahun. Namun, tawaran bunga ini juga diberikan terbatas hanya hingga akhir tahun ini. Adapun suku bunga dasar KPR CIMB Niaga tercatat sebesar 9,5%.
Direktur Konsumer PT Bank Cimb Niaga Tbk Lani Darmawan mengatakan pihaknya tetap aktif menyalurkan KPR di tengah pandemi Covid-19. Kebutuhan kredit pemilikan rumah dinilai tetap ada dan masih besar.
"Sejauh ini KPR kami masih tumbuh sekitar 9% secara year on year," ujar Lani kepada Katadata.co.id, Rabu (9/9).
Permintaan, menurut dia, masih datang dari nasabah lama maupun baru. Namun di tengah pandmei ini, pihaknya melakukan analisis kredit lebih ketat untuk memastikan kemampuan nasabah dalam membayar. Pada akhir tahun lalu, CIMB Niaga mencatatkan pertumbuhan KPR mencapai 12,5%.
"Saat ini segmen kami lebih ke menengah atas dengan rata-rata harga rumah Rp 1 miliar ke atas. Permintaan di segmen ini masih cukup kuat karena properti masih diminati sebagai investasi yang baik," katanya.
PT Bank Mandiri Tbk juga memberikan promo bunga KPR yang habis berlaku bulan ini yakni 7,58% berlaku tetap selama 3 tahun atau 10,99% berlaku tetap selama 10 tahun. Namun, tawaran bunga KPR ini juga hanya berlaku hingga akhir September.
Adapun guna menggenjot KPR, Bank Mandiri kini tengah menggelar Festival Properti. Promo bunga yang diberikan lebih menarik yakni 4,59% yang berlaku tetap selama 1 tahun atau 5,99% yang berlaku tetap selama 3 tahun dengan minimal tenor 10 tahun. Kemudian 6,89% yang berlaku tetap selama 5 tahun dengan minimal tenor 12 tahun.
Namun, promo tersebut hanya berlaku pada 9 September hingga 10 Oktober 2020. Adapun suku bunga dasar kredit bank berpita biru ini kini masih tercatat mencapai 10,2%.
"Kami berikan diskon biaya KPR hingga 22%,"ujar EVP Consumer Loans Bank Mandiri Ignatius Susatyo Wijoyo dalam keterangan resmi, Rabu (9/9).
Hingga akhir Juli, Bank Mandiri mencatat penyaluran KPR mencapai Rp 43 triliun. Outstanding kredit tersebut turun dibandingkan akhir tahun lalu yang sebesar Rp 44,3 triliun.
Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara Tbk melihat terjadi kenaikan permintaan pada kredit pemilikan rumah sejak pelonggaran pembatasan sosial berskala besar. Kenaikan permintaan terutama terjadi pada segmen KPR subsidi.
"Permintaan KPR subsidi di BTN naik 75% pada Juni dibandingkan Mei 2020," kata Direktur Utama Pahala Mansury dalam sebuah diskusi virtual, pekan lalu.
Pahala optimistis permintaan kredit di sektor perumahan masih akan tumbuh. Alasannya, sektor ini termasuk kebutuhan primer masyarakat. Bahkan, ia meyakini, pertumbuhannya tak hanya di segmen KPR subdisi, melainkan juga KPR non-subsidi.
Adapun BTN antara lain menawarkan bunga sebesar 10% berlaku tetap selama tiga tahun untuk menggenjot realisasi KPR subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Tawaran bunga ini diberikan melalui fitur Graduated Payment Mortgage dalam skema Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan.
"Dengan fitur Graduated Payment Mortgage angsuran dapat lebih terjangkau sehingga masyarakat khususnya berpenghasilan rendah dapat lebih antusias menggunakan skema BP2BT," kata Pahala, dikutip dari Antara.
KPR BP2BT merupakan salah satu skema KPR Subsidi selain Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan dan Subsidi Selisih Bunga. BUMN perbankan ini menargetkan penyaluran KPR BP2BT hingga akhir tahun menyentuh 3.000 unit.
Penjualan Menurun, Harga Masih Naik
Perlambatan permintaan KPR sejalan dengan volume penjualan residensial yang menurun pada kuartal kedua tahun ini. Hasil survei BI mengindikasikan penjualan properti residensial mengalami kontraksi mencapai 25,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penurunan penjualan properti residensial terjadi pada seluruh tipe rumah. Rumah tipe menengah mencatatkan penurunan penjualan paling dalam mencapai 40,11%. Sementara penjualan rumah tipe besar turun 36,71% dan rumah tipe kecul turun 14,36%.
Meski bunga KPR telah menurun, responden survei tetap menilai bunga tersebut masih cukup tinggi. Selain bunga KPR, faktor lain yang dinilai menghambat penjualan rumah yakni proporsi uang muka yang masih tinggi dalam pengajuan KPR perbankan.
Survei juga menunjukkan terjadi pembatalan penjualan unit properti oleh konsumen mencapai 10% dari total unit yang dijual. Proporsi terbesar adalah rumah tipe kecil.
Faktor ketidakpastian ekonomi akibat Pandemi Covid-19 berpengaruh cukup signifikan pada permintaan rumah. Meski memiliki minat untuk membeli rumah, Dian, 31 tahun, tak ingin mengeksekusi rencana tersebut pada tahun ini meski bunga KPR tengah rendah.
"Di situasi saat ini, saya pilih mengumpulkan dana darurat, investasi di instrumen yang likuid," katanya.
Di sisi lain, harga properti masih tercatat meningkat. Berdasarkan survei BI, harga rumah tipe kecil masih naik 1,56% secara tahunan. Sedangkan rumah tipe menengah dan besar masing-masing naik 1,24%.
Harga properti pada kuartal ketiga pun diperkirakan masih tumbuh, tetapi bakal melambat dibandingkan kuartal lalu. Harga rumah tipe kecil diperkirakan tumbuh 1,59%, tipe menengah 1,24%, dan tipe kecil 0,78%.