Rupiah Perkasa Usai Rilis Data Kenaikan Pengangguran AS

ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/rwa.
Karyawan menunjukkan uang dolar Amerika Serikat (AS) di tempat penukaran valuta asing, Jakarta, Rabu (6/1/2021). Nilai tukar rupiah menguat 20 poin (0,14 persen) terhadap mata uang Negeri Paman Sam dan ditutup pada level Rp 13.895 per dolar AS.
10/5/2021, 10.13 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,98% ke level Rp 14.145 per dolar AS pada pasar spot pagi ini, Senin (10/5). Mata uang Garuda perkasa lantaran tren dolar AS yang loyo usai rilis data tenaga kerja Negeri Paman Sam yang mengecewakan.

Bersamaan dengan rupiah, mayoritas mata uang Asia menguat. Mengutip Bloomberg, dolar Taiwan naik 0,49%, won Korea Selatan 0,53%, peso Filipina 0,15%, rupee India 0,34%, yuan Tiongkok 0,05%, ringgit Malaysia 0,2%, dan baht Thailand 0,08%. Sementara, yen Jepang melemah 0,23%, dolar Hong Kong 0,01%, dan dolar Singapura 0,11%.

Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan, rupiah menguat terhadap dolar AS hari ini setelah data tenaga kerja AS Non-Farm Payrolls dirilis lebih buruk dari proyeksi pasar pada hari Jumat kemarin.

"Hasil buruk ini memberikan penegasan bahwa Bank Sentral AS, The Fed belum akan mendiskusikan mengenai pengurangan stimulus moneter saat ini," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Senin (10/5).

Rilis data tersebut, menurut dia, bisa menjaga dolar AS tetap melemah terhadap nilai tukar lainnya. Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS naik tipis 0,05% ke level 90,28. Namun, mata uang Negeri Paman Sam terlihat melemah terhadap beberapa mata uang utama seperti pound Inggris dan dolar Kanada.

Di sisi lain, Ariston menilai bahwa pelaku pasar juga masih terlihat optimis terhadap pemulihan ekonomi global. Pagi ini indeks saham Asia terlihat bergerak naik.

Simak Databoks berikut: 

Kendati demikian, dia berpendapat bahwa kekhawatiran pasar terhadap naiknya kasus Covid-19 di dunia, khususnya di Asia Tenggara bisa menahan penguatan nilai tukar terhadap dolar AS. "Potensi penguatan rupiah ke kisaran support Rp 14.220 dengan potensi resisten di kisaran Rp 14.300 per dolar AS," katanya.

Melansir laman Worldometers, kasus positif corona global mencapai 158,96 juta hingga pukul 09.30 WIB hari ini. Angka kematian tercatat 3,31 juta dan kesembuhan 136,48 juta.

Kepala Ekonom PermataBank Josua Pardede menyebutkan, data Non-Farm Payroll pada bulan April 2021 tercatat 266 ribu, lebih rendah dari perkiraan 1 juta, dan lebih rendah dari rilis data bulan sebelumnya yang tercatat 770 ribu. Selain itu, tingkat pengangguran AS pada bulan April naik ke level 6,1% dari bulan sebelumnya 6%. "Oleh sebab itu, rupiah diperkirakan berada di rentang Rp 14.150-14.300 per dolar AS hari ini," ujar Josua kepada Katadata.co.id, Senin (10/5).

Sepanjang pekan lalu, Josua menjelaskan bahwa nilai tukar rupiah menguat sekitar 1,1% week-to-week atau 160 poin ke level Rp 14.285 per dolar AS di tengah tren pelemahan mata uang Negeri Paman Sam terhadap mata uang utama. Pelemahan dolar AS dipengaruhi oleh kebijakan moneter The Fed yang dovish sehingga mendorong penurunan imbal hasil atau yield obligasi AS sebesar 5 basis poin sepanjang pekan lalu.

Lebih lanjut, penurunan yield surat utang AS mendukung foreign inflow di pasar Surat Berharga Negara (SBN) RI mengingat imbal hasil SBN dengan tenor 10 tahun turun sekitar 5 bps sepanjang pekan lalu. "Masuknya dana asing ke emerging market termasuk pasar SBN Indonesia mendorong penguatan rupiah sepanjang minggu lalu," kata Josua.

Selain itu, sambung dia, faktor pemulihan ekonomi domestik pada kuartal I 2021 memberikan optimisme bagi pelaku pasar terhadap perbaikan kinerja ekonomi Indonesia pada tahun 2021 ini. Sebagaimana diketahui, ekonomi domestik berhasil naik dari minus 2,19% pada kuartal IV 2020 menjadi negatif 0,74% pada triwulan I 2021.

Reporter: Agatha Olivia Victoria