Masih Danai Batu Bara, Komitmen Berkelanjutan Perbankan Dipertanyakan

ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/foc.
Suasana saat pekerja beraktivitas di tempat penumpukan sementara batu bara, Muarojambi, Jambi, Rabu (1/7/2020).
20/1/2022, 13.50 WIB

Pada Juli 2020 misalnya, BRI turut terlibat dalam pembiayaan PLTU Jawa 9 dan 10, yang berdasarkan pemodelan dampak kesehatan akan menyebabkan lebih dari 4.700 kematian dini selama masa PLTU tersebut beroperasi.

Kemudian pada April 2021, BRI juga terlibat dalam kredit sindikasi sebesar US$ 400 juta untuk perusahaan tambang batu bara raksasa yakni Adaro. Adaro sendiri memiliki cadangan batu bara sebesar 1,1 miliar ton dan berencana menggali seluruh cadangannya.

Sementara, berdasarkan laporan keberlanjutan BRI 2020, bank tersebut hanya menyalurkan kredit untuk sektor energi terbarukan sebesar Rp 14,6 triliun. Artinya bila dibandingkan dengan total kredit yang disalurkan berjumlah Rp 880,67 triliun, pembiayaan BRI ke energi terbarukan hanya 1,5%.

Padahal, menurut dia BRI merupakan salah satu bank anggota First Movers on Sustainable Banking. BRI dalam sustainable report menyatakan tidak memberikan pembiayaan kredit pada usaha yang merusak lingkungan. Namun menurutnya pernyataan tersebut bersifat abu-abu.

"Ini menjadi catatan, tambang dan PLTU banyak memberikan dampak kepada nelayan petani yang notabene adalah nasabah utama BRI di wilayah pedesaan dan di daerah. Ini cukup paradoks, dana yang dihimpun dari masyarakat secara tidak langsung dipakai untuk mendanai proyek proyek yang justru membahayakan keberlangsungan masyarakat yang ada di satu wilayah atau daerah.

Sementara, menurut Sisilia Nurmala Dewi dari Indonesia Team Leader 350.org menyangkan bahwa kondisi menurunnya pendanaan batu bara oleh lembaga keuangan internasional justru dilihat sebagai ceruk pasar baru perbankan nasional yang memiliki komitmen untuk semakin berkelanjutan.

Selain itu, dukungan beberapa bank BUMN untuk pengembangan energi terbarukan di Indonesia juga masih tergolong kecil. Bank BNI misalnya, pembiayaan untuk energi terbarukan tercatat hanya sebesar 1% dari total pembiayaan segmen corporate dan commercial banking.

Lalu, Bank Mandiri sebesar 0,7% dari total pembiayaan segmen Corporate dan Commercial Banking. Berikutya BRI yang hanya sebesar 1,5%. "Realisasinya ternyata jauh dari maksimal," katanya.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan