Pandemi corona bukan hanya berdampak terhadap kesehatan, tetapi juga perekonomian. Karena itu, Bank Dunia bakal meluncurkan dana US$ 160 miliar atau sekitar Rp 2.560 triliun sesegera mungkin untuk melindungi warga miskin dan rentan yang pendapatannya anjlok akibat pandemi.
Dana itu juga akan digunakan untuk mendukung sektor usaha dan pemulihan ekonomi akibat pandemi corona. "Negara-negara yang membutuhkan dukungan menjadi lebih luas, kelompok Bank Dunia akan mengerahkan hingga US$ 160 miliar selama 15 bulan," demikian dikutip dari siaran pers resmi Bank Dunia, Selasa (31/3).
Bank Dunia memperkirakan, pandemi corona menyebabkan jumlah penduduk miskin di Asia Timur dan Pasifik bertambah 11 juta. Sebab, pandemi memicu guncangan pada rantai pasokan di Tiongkok. Pada akhirnya, berpengaruh juga terhadap ekonomi global.
(Baca: Bank Dunia Ramal Penduduk Miskin Bertambah 11 Juta Orang Akibat Corona)
Negara-negara yang pasarnya tengah berkembang (emerging market) di Asia Timur dan Pasifik pun menghadapi kemungkinan guncangan dan resesi finansial global. Karena itu, Bank Dunia memperkirakan jumlah penduduk miskin di wilayah ini bakal meningkat.
Bank Dunia juga memproyeksikan pertumbuhan negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik melambat menjadi 2,1% pada tahun ini, dengan skenario baseline. Bahkan, jika dihitung dengan skenaio lebih rendah lagi, pertumbuhan ekonomi di kawasan ini bisa negatif 0,5%.
Padahal, pertumbuhan ekonomi di wilayah itu mencapai 5,8% pada tahun lalu. (Baca: Sri Mulyani Cegah Krisis Corona Merembet ke Krisis Ekonomi dan Sosial)
Bank Dunia juga memperkirakan ekonomi Tiongkok hanya tumbuh 2,3% untuk skenario baseline, dan 0,1% dengan perhitungan yang lebih rendah. Angka proyeksi ini menurun dibanding pertumbuhan tahun lalu yang mencapai 6,1%.
Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Victoria Kwakwa mengatakan, negara-negara di kawasan ini memiliki ketahanan dan potensi untuk melewati krisis. Namun, butuh kebijakan makroekonomi yang baik dan regulasi keuangan yang bijaksana.
"Negara-negara harus bertindak cepat dan pada skala yang sebelumnya tidak pernah dilakukan," kata Victoria. (Baca: Sri Mulyani: IMF Sebut Ekonomi Global Tahun Ini Negatif Karena Corona)
Bank Dunia pun merekomendasikan beberapa upaya yang bisa diambil negara-negara Kawasan Asia Timur dan Pasifik. Di antaranya investasi mendesak dalam kapasitas perawatan kesehatan nasional dan kesiapan jangka panjang, kerja sama internasional dan kemitraan lintas-batas antara pemerintah dan swasta.
Selain itu, perlu ada pelonggaran kredit untuk mendorong konsumsi rumah tangga. Perusahaan juga perlu dibantu supaya bisa bertahan dari guncangan.
Namun, mengingat potensi krisis yang berkepanjangan, Bank Dunia menekankan perlunya menggabungkan langkah-langkah tersebut di bawah pengawasan regulasi. Utamanya, karena banyak negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik yang menanggung beban utang perusahaan dan rumah tangga yang tinggi.
(Baca: G20 Bakal Suntik Dana Rp 80.000 Triliun Redam Dampak Corona)
Sebelumnya, Kelompok Bank Dunia meluncurkan paket bantuan jalur cepat senilai US$ 14 miliar atau sekitar Rp 212 triliun. Hal ini untuk memperkuat upaya merespons virus corona di negara-negara berkembang dan mempersingkat waktu pemulihan.
Tanggapan langsung dari Kelompok Bank Dunia tersebut termasuk pembiayaan, saran kebijakan, dan bantuan teknis. Hal ini membantu negara-negara mengatasi dampak pandemi terhadap kesehatan dan ekonomi.
IFC juga menyediakan US$ 8 miliar dalam bentuk pembiayaan untuk membantu perusahaan swasta yang terdampak pandemi. Lalu, IBRD dan IDA menggelontorkan US$ 6 miliar pada tahap awal untuk tanggapan kesehatan.
(Baca: Corona Ancam Defisit Melebar, Ekonom Usul Pangkas Dana Infrastruktur)