Pasar Pantau Kesepakatan Dagang AS-Tiongkok, Rupiah Ditutup Melemah

ANTARA FOTO/PUSPA PERWITASARI
ilustrasi, seorang petugas bank menghitung mata uang dolar Amerika Serikat (AS).
18/11/2019, 17.41 WIB

Selain itu, Ibrahim menilai bahwa pasar menunggu hasil pertemuan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) pada Rabu (20/11) nanti. Ia melihat, the Fed kemungkinan bakal menegaskan kembali bahwa ekonomi AS masih solid dengan kebijakan moneter yang tepat.

Di sisi lain, sentimen datang dari Britania Raya. Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan semua kandidat Partai Konservatif pada pemilihan 12 Desember 2019 nanti berjanji untuk mendukung kesepakatan Brexit. Hal itu didukung oleh jajak pendapat baru yang menunjuk kepada kemenangan konservatif.

(Baca: Optimisme Perundingan AS-Tiongkok Dorong Rupiah Menguat di Awal Pekan)

Ibrahim mengatakan, pasar juga sedang mengawasi perkembangan di Hong Kong. Yang teranyar, polisi menjebak ratusan pengunjuk rasa di dalam universitas besar dan menutup jalan di daerah itu. Hal itu dilakukan setelah dua hari berturut-turut terjadi pertikaian.

"Gejolak itu bisa memukul harga saham Hong Kong dan bisa merusak mata uang sensitif risiko di kawasan itu, seperti dolar Australia," kata Ibrahim.

Pada perdagangan besok (19/11), Ibrahim memprediksi rupiah masih akan melemah karena faktor eksternal yang dominan. Mata uang Garuda pada esok hari akan berada di level Rp 14.050-Rp 14.150 per dolar AS.

(Baca: AS-Tiongkok Siap Berunding, Harga Minyak Awal Pekan Terkerek Naik)

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria