Kredit Lesu, BI Sebut Pembiayaan Pasar Modal Masih Kuat

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Ilustrasi. BI mencatat penerbitan obligasi, efek beragun aset, maupun sukuk hingga September 2019 tumbuh 28,1% secara tahunan.
24/10/2019, 21.09 WIB

Bank Indonesia (BI) mencatat, penyaluran kredit perbankan pada Agustus 2019 sebesar Rp 5.880,7 triliun, tumbuh 8,6% dibanding periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan kredit tersebut melambat dibandingkan Juli 2019 yang masih mencapai 9,7% secara tahunan.

Meski penyaluran kredit lesu, Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pembiayaan dari pasar modal  masih kuat. "Pembiayaan korporasi juga banyak dari pasar modal," kata Perry dalam Konferensi Pers di Kantornya, Jakarta, Kamis (24/10).

Perry menjelaskan, penerbitan obligasi, efek beragun aset, maupun sukuk hingga September 2019 tumbuh 28,1% secara tahunan. Penerbitan surat utang jangka pendek atau medium term note (MTN) juga tercatat tumbuh 17,3%.

Meski begitu, lanjut dia, penawaran umum saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) dan right issue tak cukup tumbuh kuat karena kondisi pasar yang kurang memadai. Adapun IPO hanya tumbuh 5,1% hingga September 2019.

Perry pun menyimpulkan, kebijakan BI dalam menurunkan suku bunga, pelonggaran likuiditas dan penguatan kebijakan makroprudensial ini berhasil. "Sehingga mampu mendorong peningkatan pembiayaan dari pasar modal," ucap dia.

(Baca: BI Perkirakan Pertumbuhan Kredit Perbankan Tahun ini Melambat)

Ia pun berharap, ke depan pertumbuhan kredit dapat lebih baik dan mampu ikut mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2020. Perry masih optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan akan menuju titik tengah 5,1%-5,5% atau berada di kisaran 5,3%.

Maka dari itu, ia harapkan pemerintah bisa terus melakukan stimulus fiskal, mendorong infrastruktur, pariwisata, hingga pemangkasan izin agar investasi bisa tumbuh lebih tinggi.

Menurut Perry, pertumbuhan ekonomi domestik saat ini masih terpengaruh perekonomian dunia yang belum kondusif. Pertumbuhan ekspor memang sedikit membaik, meskipun masih mengalami kontraksi di tengah permintaan global dan harga komoditas global yang menurun.

"Perbaikan ekspor antara lain dipengaruhi oleh beberapa produk ekspor manufaktur seperti ekspor kendaraan bermotor ke negara ASEAN dan ekspor emas yang tumbuh positif," ujarnya.

(Baca: Ekonomi Lesu, BI Pangkas Lagi Bunga Acuan 0,25%)

Investasi, khususnya investasi nonbangunan belum kuat, namun hasil survei terkini menunjukkan investasi ini akan kembali meningkat pada kuartal IV-2019 ditopang dengan kembali meningkatnya keyakinan pelaku usaha. Sementara itu, pertumbuhan investasi bangunan cukup baik didorong oleh pembangunan proyek strategis nasional.

Konsumsi rumah tangga, ujar dia, tumbuh stabil didukung oleh inflasi yang rendah dan bantuan sosial pemerintah. Ke depan, bauran kebijakan yang ditempuh BI dan Pemerintah diharapkan dirinya dapat mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tahun ini diperkirakan tumbuh di kisaran 5,1%. 

Sementara itu, berdasarkan proyeksi empat lembaga ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meleset dari target yang telah ditetapkan pada tahun ini maupun tahun depan seperti terekam dalam databooks di bawah ini.

Reporter: Agatha Olivia Victoria