BI Diprediksi Turunkan Bunga, Rupiah Menguat di Bawah Rp 14.000/US$

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Karyawan menghitung uang rupiah pecahan 100 ribu di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (23/9/2019). Nilai tukar rupiah kembali menguat terhadap dolar AS karena pelaku pasar mengharap Bank Indonesia (BI) akan kembali menurunkan suku bunga acuannya.
24/10/2019, 09.53 WIB

Potensi Penurunan Bunga The Fed

Alasan berikutnya adalah Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) yang juga berpotensi memangkas suku bunganya. Oleh karena itu, BI akan melakukan langkah antisipatif (preemptive). Di samping itu, beberapa kekhawatiran dari isu eksternal juga mereda, antara lain isu perang dagang AS-Tiongkok dan Brexit.

Seperti diketahui, Presiden AS Donald Trump menyatakan, kesepakatan dagang fase satu dengan Tiongkok akan ditandatangani pada pertengahan November mendatang. Kesepakatan dagang antarkedua negara akan dilakukan saat pertemuan Asia-Pacific Economic Cooperation di Chili pada 16-17 November 2019.

Penasihat Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan, rencana AS menaikkan tarif bea masuk untuk barang-barang yang diimpor dari Tiongkok pada Desember 2019 kemungkinan batal dilakukan jika ada kemajuan dalam negosiasi dagang. Sementara itu, Uni Eropa akhirnya bersepakat dengan Inggris soal pemisahan negara tersebut dari Uni Eropa.

Negosiasi Brexit telah melalui jalan panjang selama 18 bulan. Pembahasannya kerap terjadi tanpa kesepakatan serta penolakan. Perdana Menteri Inggris sebelumnya, Theresa May, gagal mendapat persetujuan parlemen Inggris dan Uni Eropa sampai akhirnya ia mengundurkan diri. Maka dari itu, Tjendra memperkirakan rupiah berpotensi terus menguat hari ini. Kisaran penguatan ada di rentang Rp 13.930 - Rp 14.050 per dolar AS.

(Baca: Bunga Acuan Diramal Turun, IHSG Diprediksi Genapkan Kenaikan 10 Hari)

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria