Kekhawatiran Brexit Terus Berlanjut, Rupiah Berisiko Melemah

Arief Kamaludin|Katadata
Ilustrasi, uang rupiah. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memproyeksi rupiah akan bergerak melemah pada hari ini karena dipengaruhi pembicaraan terkait Brexit.
30/9/2019, 09.09 WIB

Trump dituding mendesak Ukraina melalui telepon untuk menginvestigasi kasus korupsi di negeri tersebut. Kasus itu melibatkan Joe Biden, mantan wakil presiden AS yang berpotensi menjadi rival politiknya pada Pemilu AS 2020, serta putranya Hunter. Desakan tersebut dengan ancaman pembekuan dana bantuan kepada angkatan bersenjata Ukraina.

Dari dalam negeri, Bhima menilai investor masih wait and see terhadap rilis pertumbuhan ekonomi kuartal-III 2019. Dirinya memperkirakan pertumbuhan ekonomi bergerak melambat dibawah 5% pada kuartal ini.

Gonjang ganjing politik dalam negeri seiring keputusan presiden yang akan mengkaji kemungkinan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) disahkan dan penolakan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menjadi sentimen negatif di pasar.

Sehingga dana asing terus keluar dalam bentuk nett sells pada bursa saham. "Sepekan terakhir dana asing keluar Rp 1,98 triliun dan diprediksi terus berlanjut," ujar Bhima.

Dengan berbagai sentimen negatif diatas, Bhima memprediksikan rupiah melemah di kisaran Rp 14.160 - Rp 14.190 per US$ hingga penutupan pasar sore ini.

(Baca: Saham dan Rupiah Melemah Akibat Demo, Sri Mulyani: Hanya Sementara)

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria