Rupiah Tertekan, Darmin: Negara Berkembang Selalu Dirugikan Gejolak

Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS
Penulis: Rizky Alika
14/5/2019, 20.30 WIB

Nilai tukar rupiah kembali melemah hingga nyaris menyentuh posisi Rp 14.500 per dolar Amerika Serikat (AS). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan negara berkembang memang selalu dirugikan bila terjadi gejolak perekonomian global.

"Situasi internasional tidak kondusif. Kalau tidak kondusif, selalu negara emerging market yang dirugikan," kata Darmin di kantornya, Jakarta, Selasa (14/5).

Hal yang serupa juga terjadi pada tahun lalu. Mata uang Garuda melemah 6,42% hingga akhir Desember tahun lalu lantaran adanya ketidakpastian global dari bank sentral AS, the Federal Reserve atau The Fed. Kali ini perekonomian global kembali bergejolak karena meningkatnya tensi perang dagang antara AS dan Tiongkok, setelah AS menaikkan tarif impor produk asal Tiongkok senilai US$ 200 miliar menjadi 25% dari sebelumnya 10% pada Jumat (10/5) lalu.

Tak berhenti sampai di situ, Tiongkok pun melancarkan aksi balas dendamnya. Pemerintah Tiongkok akan menaikkan tarif  impor terhadap berbagai produk AS senilai US$ 60 miliar menjadi 25% dari 5-10% saat ini. Kenaikan tarif ini akan berlaku pada 1 Juni mendatang.

(Baca: Gara-gara Perang Dagang, dalam Dua Hari IHSG Anjlok 2,22%)

Sementara dari domestik, Darmin menyebutkan musim pembagian dividen telah dilakukan pada April lalu. Dengan demikian, pembagian dividen pada bulan ini tidak banyak. Namun, ia menilai posisi rupiah saat ini masih dihargai terlalu murah (undervalued).

"Tidak mudah juga mengharapkan under value-nya hilang," ujarnya. Bila mengacu pada Bloomberg, nilai tukar rupiah berada pada posisi Rp 14.434 per dolar AS atau melemah 0,08% dibandingkan penutupan pada perdagangan sebelumnya.

Kendati demikian, Darmin meyakini gejolak global dari meningkatnya tensi perang dagang tersebut tidak akan menciptakan gejolak ekonomi yang cukup signifikan sehingga mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia. "(Situasi perang dagang AS dan Tiongkok) tidak kemudian membuat gejolak yang tajam. Kalau mengkhawatirkan sih tidak," kata Darmin.

Namun, Darmin menambahkan, efek dari perang dagang tersebut harus segera diantisipasi agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terpengaruh dan bisa lebih baik lagi kedepannya. Salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah dengan mendorong lebih banyak investasi di sektor industri dan pariwisata.

Menurut Darmin, untuk mendorong investasi saat ini bisa langsung difokuskan pada daerah-daerah yang menjadi prioritas investasi, tidak lagi perlu dilakukan secara nasional. "Kita lihat saja beberapa daerah yang pas untuk mendorong pariwisata, industri, atau agrobisnis," kata Darmin.

(Baca: Perang Dagang Kembali Pecah, Tiongkok Tarik Tarif 25% atas Produk AS)

Reporter: Rizky Alika