Faisal Basri Ungkap Faktor yang Membayangi Pelemahan Rupiah

Katadata
Ekonom UI Faisal Basri menjadi pembicara dalam forum Asia Pacific Media Forum ( APMF) 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center, Rabu (2/5).
Penulis: Rizky Alika
13/2/2019, 19.48 WIB

Bila dirunut ke belakang, defisit neraca transaksi berjalan mulai terjadi pada 2012. Sepanjang tahun lalu, total defisitnya US$ 31,1 miliar atau 2,98 persen terhadap PDB.  Ada sejumlah faktor laten penyebab neraca mengalami defisit setiap tahun.

Pertama adalah defisit neraca minyak. Di neraca jasa, transaksi Indonesia pun minus, antara lain di sektor transportasi, pemeliharaan dan perbaikan, keuangan, penggunaan hak cipta, dan jasa TIK. Adapun sektor pariwisata merupakan yang paling diandalkan untuk menambal defisit dari sektor jasa hingga surplus US$ 5,3 miliar.

(Baca: Defisit Transaksi Berjalan 2,98% PDB Tahun Lalu, Bagaimana Tahun Ini?)

Indikator ekonomi seperti ini yang membuat penguatan rupiah tertatih-tatih. Mata uang garuda pada tahun lalu sempat terjerembap hingga mendekati 15.000 per dolar Amerika Serikat, walau di akhir tahun mulai membaik. Sepanjang awal Februari ini, rupiah bahkan menguat di level 13.900. Hanya, Selasa kemarin kembali masuk Rp 14.088 per dolar.

Ketika rupiah menguat, sebagian besar dipengaruhi oleh arus masuk dana asing alias capital inflow yang berlanjut ke Februari ini, hingga sempat menyentuh 13.800. Data Kementerian Keuangan per 4 Februari lalu menyebutkan, kepemilikan asing atas SUN mencapai Rp 919,22 triliun.

Halaman: