Beberapa ekonom memperkirakan Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) masih akan mempertahankan bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate pada level 6% dalam rapat bulanan 16-17 Januari ini. Arah kebijakan bunga acuan BI masih akan bergantung pada kebijakan bunga acuan Amerika Serikat (AS).
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan bunga acuan AS masih bertahan pada posisi tahun lalu, yaitu 2,25%-2,5%. Adapun petinggi bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) baru akan rapat akhir Januari ini untuk menentukan kebijakan bunga acuannya.
(Baca: Gubernur BI Sebut Suku Bunga Acuan 6% Hampir Mencapai Puncaknya)
“Biasanya BI akan mengikuti Fed Rate,” kata dia kepada katadata.co.id, Kamis (17/1). Adapun, The Fed diperkirakan hanya mengerek bunga acuan sebanyak dua kali pada tahun ini. Berbeda dengan tahun lalu, The Fed menaikkan bunga acuannya hingga empat kali sepanjang tahun.
Menurut dia, pelemahan ekonomi global dan rendahnya harga komoditas menjadi alasan kenaikan The Fed tidak terlalu agresif hingga akhir 2019. Adapun selain kebijakan The Fed, BI diprediksi akan memertahankan bunga acuan lantaran stabilitas nilai tukar rupiah masih terjaga.
Selain itu, BI ingin menjaga situasi ekonomi domestik tetap kondusif lantaran kenaikan bunga sebesar 175 basis points di 2018 lalu membuat biaya pinjaman dunia usaha naik. Tidak hanya itu, kenaikan bunga acuan BI juga dinilai telah memperlambat laju perekonomian domestik.
(Baca: Bank-bank BUMN Harap BI Hanya Satu Kali Naikkan Bunga Acuan Tahun Ini)
Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto memperkirakan BI menahan bunga acuannya. “Karena tidak ada pressures yang membuat BI harus mengubah keputusan bunga moneter,” ujarnya.
Dari sisi domestik, inflasi masih terjaga rendah dan terkendali. Stabilitas nilai tukar rupiah juga terjaga. Dari sisi global, The Fed hanya akan menaikkan dua kali bunga acuannya tahun ini.
(Baca: Prediksi Berbeda Ekonom Tentang Arah Kebijakan Bunga Acuan BI di 2019)
Myrdal pun memperkirakan BI akan mengerek bunga acuannya sebanyak dua kali, pada Juni dan Desember. Hal ini untuk mengantisipasi kenaikan bunga acuan The Fed dan inflasi yang dapat meningkat imbas naiknya permintaan saat Lebaran dan Natal.