Dana asing mengalir deras ke saham dan surat utang negara (SUN) di awal 2019. Hal ini menjadi salah satu penyokong nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat lebih dari 2% sepanjang tahun ini (year to date), mendekati level 13.000 per dolar AS.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, kepemilikan asing atas SUN naik dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 893,25 triliun menjadi Rp 902,44 triliun pada 8 Januari 2019. Ini artinya, bertambah Rp 9,19 triliun dalam kurun waktu delapan hari. Dengan demikian, porsi kepemilikan asing menjadi 37,81% dari total Rp 2.386,7 triliun SUN yang bisa diperdagangkan.

Sementara itu, berdasarkan data RTI, investor asing membukukan pembelian bersih (net foreign buy) saham sebesar Rp 2,82 triliun sepanjang awal hingga 10 Januari 2019. Dengan demikian, total arus masuk dana asing ke saham dan SUN (hingga 8 Januari 2019) telah mencapai Rp 12,01 triliun.

(Baca: Ide Reverse Tobin Tax untuk Pertahankan Dana Asing Ditanggapi Beragam)

Seiring arus masuk dana asing, nilai tukar rupiah cenderung menguat. Mengacu pada data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup di level 14.052 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot, Kamis (10/1) sore. Ini artinya, rupiah menguat 0,51% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya, atau 2,35% secara year to date.

Bila mengacu pada data Reuters, nilai tukar rupiah bahkan tercatat sempat menyentuh level Rp 13.990 per dolar AS. Ini merupakan posisi terkuat sejak Juni tahun lalu.

(Baca: Goldman Sachs Prediksi Kinerja Rupiah Berpotensi Kalahkan Rupee India)

Adapun Bank Indonesia (BI) beberapa kali menyebut soal peluang positif bagi kurs rupiah tahun ini. Hal itu seiring dengan ketidakpastian global yang mereda dan pencapaian ekonomi domestik yang positif tahun lalu. Hal ini dianggap bisa mendorong berlanjutnya arus masuk dana asing ke pasar keuangan sehingga menyokong kurs rupiah.

(Baca: Ada Empat Faktor, Gubernur BI Lihat Rupiah Bisa Terus Menguat)

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution sempat menyebut rupiah masih terlalu lemah alias undervalued. Ia pun menilai masih ada potensi penguatan lebih lanjut. "Tapi enggak otomatis (menguat). Di dunia ini kan gonjang-ganjing juga. Kadang begini, kadang begitu. Tapi, pelan-pelan dia (rupiah) akan arahnya akan masih menguat," kata dia.