Belanja Online Dianggap Turut Menekan Penerimaan PPN

Arief Kamaludin|Katadata
14/12/2018, 12.18 WIB

Selain imbas belanja online, Prastowo menilai perubahan model ekonomi dari industri manufaktur ke perdagangan dan jasa menyebabkan rendahnya PPN. Penyebabnya, rantai bisnis pada sektor perdagangan dan jasa lebih pendek daripada industri manufaktur. Selain itu, sektor jasa dianggap tidak banyak menimbulkan efek berganda.

Rendahnya penerimaan PPN juga diperkirakan karena adanya peningkatan PPN impor dan percepatan atas restitusi pajaknya. "Itu (PPN impor) secara neto mengurangi. Kalau dulu restitusi masih ditahan-tahan jadi pengembaliannya lambat," ujarnya. Hal ini senada dengan yang disampaikan Direktur Potensi Kepatuhan dan Penerimaan Ditjen Pajak Yon Arsal beberapa waktu lalu.

Namun, Prastowo mengatakan tren peningkatan PPN impor bukan hanya terjadi pada tahun ini saja. Ia menilai beberapa tahun terakhir impor sudah tinggi. "Ini harus diuji, apa benar impor meningkat? Kalau meningkat, seharusnya ada nilai tambah output-nya," katanya.

(Baca juga: Cegah Korupsi, KPK Minta Perbaikan Sistem dan Basis Data Wajib Pajak)

Ke depan, ia memperkirakan, penerimaan PPN dalam negeri bisa terus berada dalam tren penurunan. Agar hal tersebut tak tejadi, ia menilai pemerintah perlu membangun industri manufaktur untuk meningkatkan penerimaan PPN. Dengan industri manufaktur yang berkembang, berbagai penerimaan pajak akan meningkat.

Ia juga menekankan pentingnya pengenaan pajak pada sektor ekonomi digital. "Cukup banyak pergeseran konvensional ke online. Sekarang orang beli barang di digital, ini tidak ter-capture PPN," ujarnya. Kemudian, pengawasan perpajakan melalui sistem teknologi.

Halaman: