Badan Pusat Statistik (BPS) melansir pertumbuhan ekonomi kuartal I 2018 hanya mencapai 5,06%, di bawah prediksi pemerintah dan Bank Indonesia (BI) yaitu 5,1-5,2%. Penyebab utamanya yaitu pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang masih tertahan di bawah 5%.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan ada penurunan porsi pendapatan untuk belanja. Maka itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih tertahan. "Uangnya ada yang ditabung dan investasi," kata dia di kantornya, Jakarta, Senin (7/5). 

(Baca juga: Tertinggi di Indonesia, Ekonomi Maluku dan Papua Melesat 18,42%)

Meski begitu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang sebesar 4,95% tersebut sedikit lebih baik dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar 4,93%. Adapun dua komponen terbesar konsumsi rumah tangga yaitu belanja makanan dan minuman serta transportasi dan komunikasi yaitu 54%.

Kedua komponen tersebut tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan. Rinciannya, belanja makanan dan minuman tumbuh 5,12%, atau melambat dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 5,24% dan kuartal IV 2017 sebesar 5,37%. 

Belanja transportasi dan komunikasi tumbuh 4,92%, atau melambat dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 5,3% dan kuartal IV 2017 sebesar 4,97%. 

Suhariyanto menyebut perlambatan ini terjadi lantaran adanya pergeseran belanja. Sebab, pertumbuhan komponen non-makanan tercatat naik. Belanja restoran dan hotel, misalnya, tumbuh 5,56%, lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun lalu 5,4%.

"Ada indikasi pergeseran dari non-leisure ke leisure (rekreasi)," ujarnya. Sebelumnya, ia pernah menyampaikan dugaanya bahwa kebutuhan untuk belanja rekreasi jadi salah satu pendorong masyarakat untuk menabung.

Adapun BPS terus mengkaji besarnya belanja masyarakat secara online. Tujuannya, untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai pertumbuhan konsumsi masyarakat.

Menurut Suhariyanto, belanja online memiliki kontribusi 5% sampai 6% terhadap konsumsi rumah tangga. Berdasarkan kajian BPS, belanja online lebih besar pada non-makanan yaitu alat komunikasi, produk mode (fashion), dan produk kecantikan.

Di sisi lain, pemerintah telah melakukan beberapa upaya untuk menjaga konsumsi masyarakat, dari mulai memperbesar bantuan sosial (bansos), hingga rencana mengatur harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi.

Berdasarkan catatan BPS, bansos tumbuh signifikan yaitu 87,61% pada kuartal I 2018 ini. Suhariyanto pun menilai hal tersebut telah berdampak pada peningkatan belanja masyarakat lapisan bawah.

Namun, penyumbang terbesar pertumbuhan konsumsi rumah tangga adalah belanja masyarakat menengah atas, sedangkan belanja 40% masyarakat ekonomi terbawah hanya menyumbang 17%. Maka itu, menurut dia, bansos tidak banyak mendongkrak pertumbuhan konsumsi rumah tangga.

Adapun konsumsi rumah tangga merupakan penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. BPS mencatat peranan konsumsi rumah tangga sebesar 56,80%. Penyumbang terbesar lainnya, yaitu investasi 32,12% dan ekspor 21,12%. 

(Baca juga: Diselamatkan Investasi, Ekonomi Indonesia Kuartal 1 Tumbuh 5,06%)