Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa ekonomi dunia masih akan diwarnai ketidakpastian tahun ini. Namun, dirinya tetap optimistis.
“Karena ini masalahnya psikologis. Kalau pemimpinnya tidak optimis, bagaimana rakyatnya,” kata Jokowi Pertemuan Tahunan Pelaku Industri Jasa Keuangan 2017 di Istana Negara, Jakarta, Jumat (13/1).
Jokowi menyebut, tren ketidakpastian dalam perekonomian global dimulai sejak 2015, saat krisis finansial Yunani merembet ke Eropa. Setelah itu berturut-turut ada melambatnya pertumbuhan ekonomi ekonomi Cina dan Inggris yang memutuskan keluar dari Uni Eropa (Brexit).
(Baca juga: Trump Tak Singgung Kebijakan Ekonomi, Mata Uang Asia Menguat)
Tahun ini,menurut Jokowi, gelombang ketidakpastian itu akan datang dari Amerika Serikat. Dunia sedang harap-harap cemas apakah sang Presiden terpilih yakni Donald Trump akan menepati janji kampanyenya untuk melakukan proteksi setelah dilantik 20 Januari nanti.
"Sulit, memang iya. Tapi di mana ada tantangan pasti ada kesempatan yang bisa kita ambil," kata Jokowi.
Credit Default Swaps (CDS) Negara Ekonomi Berkembang 11 November 2016
Modal optimisme Jokowi adalah perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,1 persen pada 2016 serta inflasi yang terjaga di level 3,02 persen. Angka-angka itu, menurut Jokowi, menunjukkan fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat.
(Baca juga: Jokowi Desak Bank Memacu Kredit Tumbuh 12 Persen Tahun Ini)
Ia menyebut, di masa lalu ekonomi Indonesia pernah tumbuh hingga 6 persen, namun pada saat yang sama, inflasinya mencapai 9 persen. "Itu yang (membuat) saat ini kita yakin lebih baik," ujar pria asal Solo ini.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan bahwa Presiden Jokowi telah menghubungi Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump.
"Untuk Amerika Serikat, Presiden Jokowi menceritakan sudah menelpon Presiden Terpilih Donald Trump," ujar mantan Duta Besar untuk Belanda tersebut seperti dikutip dari laman resmi Kementerian Luar Negeri.
(Baca juga: Lawatan Abe dan Momentum Pasang Investasi Jepang di Indonesia)
Retno menyatakan, ada beberapa bahasan yang dibicarakan oleh kedua kepala negara. Yang pertama adalah bagaimana kedua negara meningkatkan hubungan bilateralnya.
"Kemudian dibicarakan mengenai komitmen dari Amerika Serikat untuk meneruskan kerja sama komprehensif dengan Indonesia," ujarnya.