Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan realisasi investasi asing dan dalam negeri yang berhasil terkumpul pada kuartal III tahun ini sebesar Rp 155,3 triliun. Nilanya lebih tinggi dibandingkan perolehan kuartal II yang hanya Rp 151,6 triliun dan kuartal I sebesar Rp 146,5 triliun.
Kepala BKPM Thomas Lembong mengatakan pertumbuhan realisasi investasi kuartal III naik 10,7 persen, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara total investasi kumulatif sepanjang Januari hingga September tahun ini mencapai Rp 453,4 triliun, meningkat 13,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
(Baca: Pesimistis, BKPM Perkirakan Pertumbuhan Investasi 2016 Melambat)
Meski tercatat masih mengalami pertumbuhan, namun terlihat ada perlambatan dalam realisasi investasi tahun ini. Pertumbuhan kuartal III yang mencapai 10,7 persen sebenarnya lebih rendah dibandingkan kuartal I dan kuartal II tahun ini yang masing-masing mencapai 17,6 persen dan 12,2 persen.
Secara kumulatif pun pertumbuhan total investasi sembilan bulan tahun ini sebesar 13,4 persen pun masih lebih rendah dari tahun lalu. Dalam tiga kuartal pertama 2015, nilai investasinya memang hanya Rp 400 triliun, tapi pertumbuhannya mencapai 16,7 persen dibandingkan periode yang sama pada 2014.
"Kami harapkan kegiatan investasi baik PMA maupun PMDN di waktu mendatang akan meningkat signifikan," ujar Lembong dalam konferensi pers di Kantor BKPM, Jakarta, Kamis (27/10). (Baca: Indonesia Masuk 10 Besar Negara Tujuan Utama Investasi)
Meski melambat, realisasi investasi di Indonesia masih tumbuh. Apalagi ini terjadi di tengah perekonomian dunia yang masih melambat. Penyumbang investasi terbesar sepanjang Januari hingga September tahun ini masih dipimpin oleh investor luar negeri. Nilai investasi penanaman modal asing (PMA) mencapai Rp 99,7 triliun dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) hanya Rp 55,6 triliun.
Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Azhar Lubis menjelaskan sektor usaha terbesar yang disasar investor asing tersebut adalah industri logam dasar, barang logam, mesin, dan elektronik. Kemudian disusul industri pertambangan, properti dan industri agro. Sementara sebaran lokasi proyeknya, yang terbesar masih di pulau Jawa.
Berdasarkan asal negara, realisasi investasi terbesar adalah Singapura sebesar US$ 2,2 miliar, Jepang sebesar US$ 1,6 miliar, dan Cina sebesar US$ 0,6 miliar. Kemudian British Virgin Island sebesar US$ 0,5 miliar, dan Belanda US$ 0,5 miliar. (Baca: Pertama dalam 5 Tahun, Investasi Asing di Indonesia Menurun)
"Jepang dan Cina masih related ke logam. Jadi realisasi industri tersebut cukup tinggi," ujar Azhar.
Lebih lanjut, Azhar mengatakan realisasi investasi kuartal III mampu menyerap total 278.132 orang tenaga kerja. Rinciannya terdiri dari penyerapan dari proyek PMDN sebesar 94.523 orang dan dari proyek PMA sebanyak 183.609 orang.
Menurut Lembong, peningkatan investasi ini merupakan hasil dari kerjasama BKPM dengan Kepolisian RI, dalam memberikan jaminan keamanan untuk kegiatan usaha di Indonesia. Kementerian dan lembaga terkait serta pemerintah daerah juga turut berperan dalam memberikan kemudahan dan fasilitas yang lebih baik kepada para investor.
Upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah pemberantasan pungutan liar (pungli) dalam hal perizinan. Dia berharap, sistem perizinan dan pembayaran online dapat diterapkan di seluruh daerah di Tanah Air. Sehingga, tatap muka antara petugas dengan investor dapat diminimalisir, agar praktek pungli pun dapat diberantas.