KATADATA - Pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi sepanjang 2015 hanya 4,7 persen hingga 4,8 persen. Angka ini lebih rendah dari realisasi 2014 sebesar 5,02 persen dan target tahun lalu sebesar 5,7 persen.
Presiden Joko Widodo mengakui kondisi perekonomian tahun lalu cukup berat bagi pemerintah. Ketakutan mengenai keputusan bank sentral Amerika Serikat The Fed menaikkan suku bunga dan perekonomian dunia yang masih melemah menjadi kekhawatiran bagi pelaku pasar.
Kepercayaan terhadap pemerintahan yang baru pun belum muncul, sehingga banyak investor yang menunda investasinya. Padahal, kata dia, pemerintah sudah bekerja keras memperbaiki kepercayaan pasar dan kondisi perekonomian tahun lalu. (Baca: Dana Asing Kabur Rp 22,6 Triliun, IHSG Anjlok 12 Persen Selama 2015)
Jokowi menilai kekhawatiran mengenai kondisi ekonomi Indonesia tidak terbukti. Ini terlihat dari realisasi inflasi yang masih di bawah target pemerintah. Inflasi tahun lalu hanya 3,3 persen, jauh di bawah realisasi 2014 yang mencapai 8,3 persen dan target tahun ini sebesar 5 persen.
Dari sisi penerimaan negara, Jokowi cukup bangga capaiannya sudah 84,7 persen dari target. Penerimaan perpajakan saat ini juga mencapai 83 persen, sedangkan penerimaan non perpajakan telah mencapai 93,8 persen. Padahal, banyak yang memprediksi penerimaan pajak pemerintah tahun lalu hanya akan mencapai 70-80 persen. (Baca: Terendah Sejak 1990, Realisasi Pajak 2015 Cuma 81,5 Persen)
“Kalau pemerintah kerja biasa, mungkin yang diperkirakan pasar bisa terjadi,” kata Jokowi saat membuka perdagangan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia, Senin (4/1).
Menurut dia, jika dari awal tahun investor dan pelaku pasar sudah optimistis dan tidak ragu berinvestasi di Indonesia, perekonomian nasional akan lebih baik lagi. Mengingat optimistis merupakan salah satu kunci utama dalam tercapainya sasaran ekonomi Pemerintah. Oleh sebab itu Jokowi mengingatkan agar pelaku pasar segera optimis memasuki tahun 2016 ini.
Meski demikian, kondisi nyata berbeda dengan harapan Jokowi. Memasuki tahun ini pun kepercayaan investor pasar modal masih rendah. Terbukti saat pembukaan pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) malah anjlok menjadi 4.571, lebih rendah dibandingkan penutupan pasar akhir tahun lalu di level 4.594. (Baca: Target APBN 2015 Meleset, Defisit Anggaran Membengkak 2,8 Persen)
"Memang menumbuhkan rasa optimis sulit, semua orang saya lihat memilih wait and see," kata Jokowi.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengatakan akan tetap melakukan sejumlah langkah untuk memperkuat pasar modal. Beberapa di antaranya adalah penyederhanaan perizinan dalam pencatatan perdana saham, sosialisasi dan edukasi emiten, serta penegakkan tata kelola usaha emiten.
"Selain itu kami melihat bahwa berbagai paket kebijakan Pemerintah telah disambut baik oleh investor, ini positif bagi kondisi pasar modal kita," kata Muliaman. (Baca: Bursa Saham Melempem, Wapres Kalla Salahkan Perbankan)