Pemerintah Terbitkan Surat Utang Rp 376,5 Triliun per Akhir April

Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Ilustrasi, petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (18/3/2020).
8/5/2020, 13.15 WIB

Begitu juga dengan pinjaman neto, yang awalnya ditetapkan minus Rp 37,46 triliun, kini justru ditarget Rp 6,95 triliun. Terdiri dari dalam negeri Rp 1,29 triliun dan luar negeri Rp 5,66 triliun.

Perubahan tersebut terjadi dalam rangka menangani dampak pandemi virus corona terhadap perekonomian. (Baca: Surat Utang Global Bank Mandiri Rp 7,6 Triliun Kebanjiran Peminat)

Lebih rinci lagi, pinjaman dalam negeri neto terdiri dari penarikan pinjaman bruto Rp 2,97 triliun. Namun, pemerintah berencana membayar cicilan pokok pinjaman dalam negeri Rp 1,67 triliun tahun ini.

Lalu, pinjaman luar negeri neto terdiri dari penarikan pinjaman bruto Rp 111,52 triliun. Bentuknya berupa pinjaman tunai Rp 81,98 triliun dan kegiatan Rp 29,54 triliun.

Pinjaman kegiatan terdiri dari pinjaman kegiatan pemerintah pusat Rp 24,84 triliun, kementerian negara atau lembaga Rp 22,18 triliun, diterushibahkan Rp 2,66 triliun, serta kepada Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) atau Pemerintah Daerah (Pemda) Rp 4,69 triliun.

(Baca: Pemerintah Tarik Utang Baru Rp 11,4 Triliun dari Lelang SUN Tambahan)

Total utang pemerintah per Maret mencapai Rp 5.192,56 triliun, atau naik Rp 400 triliun lebih dari posisi akhir tahun lalu Rp 4.779,28 triliun. Rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pun mencapai 32,12%.

Utang pemerintah tersebut masih didominasi dalam bentuk surat berharga negara, yang mencapai Rp 4.292,73 triliun atau 82,67% dari total utang. (Baca: Pemerintah Bakal Lelang 5 Seri Sukuk Negara dengan Target Rp 8 Triliun)

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria