Pasar Waspadai Kenaikan Inflasi AS, Rupiah Berpotensi Melemah

ANTARA FOTO/Reno Esnir/aww.
Rupiah dibuka menguat pagi ini di posisi Rp 14.300 per dolar AS.
27/5/2021, 10.23 WIB

Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS menguat 0,14% ke level 90.16. Mata uang Negeri Paman Sam perkasa terhadap sebagian besar mata uang utama dunia, seperti euro, pound Inggris, dolar Australia, dolar Kanada, dan franc Swiss.

Ariston menyampaikan bahwa inflasi AS berdasarkan indikaor indeks harga konsumen telah naik di atas 2% selama dua bulan terakhir, Maret dan April 2021 masing-masing sebesar 2,6% dan 4,2%. The Fed menetapkan target inflasi 2% sebagai ukuran untuk menetapkan kebijakan moneter yang baru yang lebih ketat. Pasar tengah menantikan data indikator inflasi AS lainnya, yaitu Core Price Consumption Expenditures (PCE) Index bulan April yang akan dirilis besok, untuk mengonfirmasi isu kenaikan inflasi ini.

Di sisi lain, sikap Bank Indonesia yang memutuskan suku bunga acuan tetap di level 3,5%, dinilai Ariston, dapat menahan laju pelemahan nilai tukar rupiah karena perbedaan imbal hasil yang besar dengan dolar AS masih terjaga. "Potensi pelemahan rupiah ke kisaran Rp 14.360 dengan potensi support di kisaran Rp 14,.300 per dolar AS," ujar dia.

Dolar AS mendapat dukungan dari pandangan yang muncul bahwa The Fed secara  perlahan tapi pasti  mencapai diskusi tentang pengetatan kebijakan moneter.  Namun, para pejabat  The Fed meremehkan kekhawatiran pasar bahwa kenaikan inflasi akan mendorong respons kebijakan secara spontan. Namun, mereka mengatakan waktu pembicaraan terkait perubahan kebijakan kemungkinan sudah dekat. 

"Itu mungkin di balik kekuatan dolar AS yang kami lihat saat ini," kata Ahli Strategi Mata Uang Commonwealth Bank of Australia Kim Mundy melalui telepon dari Sydney dikutip dari Reuters.

Para ekonom memperkirakan harga inti PCE akan melonjak 2,9% pada bulan April 2021. Sebelumnya, data tersebut menunjukkan kenaikan 1,8% pada Maret.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria