Sri Mulyani dan Gubernur BI Meramal Lima Risiko Rupiah Tahun Depan

Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi. BI memperkirakan rupiah bergerak antara Rp 14.100 hingga 14.500 per dolar AS pada tahun depan.
31/5/2021, 16.35 WIB

Kendati menghadapi berbagai risiko, Bendahara Negara menilai bahwa real effective exchange rates (REER) Indonesia saat ini masih undervalued sehingga terdapat potensi apresiasi pada periode ke depan. REER adalah indikator untuk menjelaskan nilai mata uang suatu negara relatif terhadap beberapa mata uang negara-negara lainnya yang telah disesuaikan dengan tingkat inflasi pada tahun tertentu atau indeks harga konsumen negara tertentu.

Dia menjelaskan, terdapat beberapa faktor yang diperkirakan dapat mendorong penguatan rupiah, yakni pemulihan ekonomi global dan domestik serta aktivitas perdagangan internasional.  Selain itu, ada dampak positif dari beberapa langkah reformasi struktural seperti omnimbus law, pembentukan Lembaga Pengelola Invetsasi.

Faktor lainnya menurut dia, yakni stance kebijakan moneter AS yang  masih akomodatif  dan langkah reformasi sektor keuangan untuk memperdalam pasar.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo justru lebih optimistis dengan kondisi nilai tukar rupiah pada 2022 dengan memproyeksi Rp 14.100-14.500 per dolar AS. Namun, dia mengatakan bahwa Indonesia harus bersiap pada tahun depan jika Bank Sentral AS, The Fed merubah stance kebijakan moneternya. "Karena semua ini akan berpengaruh terhadap imbal hasil surat berharga negara kita maupun nilai tukar rupiah sehingga perlu diantisipasi," ujar Perry dalam kesempatan yang sama.

Meski begitu, ia menekankan bahwa The Fed belum akan merubah kebijakannya pada tahun ini. Hal tersebut sudah berkali-kali ditegaskan bank sentral AS. 

Dengan penegasan tersebut, menurut  Perry, rupiah saat ini cenderung stabil dan lebih kuat dibanding negara-negara lain. Stabilitas rupiah didukung langkah stabilisasi BI serta masuknya aliran modal asing.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria