Demi Jaga Rupiah, BI Tahan Suku Bunga 3,5% di Tengah Pelemahan Ekonomi

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Gubernur BI Perry Warjiyo mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5% pada Kamis (21/7).
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
22/7/2021, 15.21 WIB

"Perkembangan nilai tukar rupiah tersebut dipengaruhi penyesuaian aliran modal keluar dari negara berkembang yang didorong oleh perilaku flight to quality, di tengah pasokan valas domestik yang masih memadai.," kata Perry.

Meski rupiah hingga 21 Juli melemah 3,39%dibandingkan dengan level akhir 2020, Perry mengatakan, pelemahan ini relatif lebih rendah dibandingkan depresiasi dari mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Filipina, Malaysia, dan Thailand.

Ia juga menjelaskan, sejumlah indikator dini pada Juli menunjukkan pemulihan ekonomi masih berlanjut. Namun, BI memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini dari 4,1% hingga 5,1% menjadi 3% hingga 4,3% seiring penurunan mobilitas akibat penerapan PPKM. 

"BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2021 menjadi 3,5% hingga 4,3%. Perkiraan ini sejalan dengan pantauan kami pada perkembangan transaksi sistem pembayaran, baik dalam nominal kecil maupun besar," katanya. 

Perry menjelaskan, hasil pantauan BI mengindikasikan bahwa penurunan transaksi pembayaran tak sedalam yang diperkirakan. BI pun menaksir, pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV  akan kembali meningkat sejalan dengan akselerasi vaksinasi, penerapan protokol kesehatan, dan peningkatan ekspor. 

BI memperkirakan penurunan pertumbuhan ekonomi di luar Pulau Jawa pada kuartal ketiga tak akan sedalam di Jawa. Hal ini lantaran, banyak ekonomi daerah di luar Jawa yang ditopang oleh ekspor. 

Kinerja ekspor pada sepanjang semester pertama tahun ini melonjak 34,78% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi US$US$ 102,87 miliar. Kinerja ekspor yang kinclong mendorong neraca perdagangan surplus US$ 11,86 miliar.   

Di sisi lain, Bank Indonesia merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini dari 5,7% menjadi 5,8%. Perry menjelaskan,  "Volume perdagangan dunia juga akan meningkat, sehingga akan mendukung kinerja ekspor negara-negara berkembang termasuk Indonesia," kata Perry. 

Halaman: