Rupiah Berpotensi Melemah Tertekan Masih Kuatnya Isu Tapering Off

Adi Maulana Ibrahim |Katadata
Ilustrasi. Rupiah menguat bersama mayoritas mata uang Asia lainnya.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
4/10/2021, 10.30 WIB

Melonjaknya inflasi di kawasan Eropa didorong oleh tingginya harga energi. Harga gas bulan depan di pusat TTF Belanda yang menjadi harga patokan kawasan Eropa, telah meningkat hampir 400% sejak awal tahun ini.

Sementara dari dalam negeri, Ariston melihat laporan data ekonomi terutama Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur yang dirilis akhir pekan lalu menunjukkan pemulihan yang masih berlanjut. Perbaikan tersebut membantu menahan nilai tukar tidak terdepresiasi lebih dalam.

"Secara keseluruhan, perkembangan ekonomi Indonesia membaik dan ini menjaga rupiah tidak terlalu melemah," kata Ariston.

IHS Markit pada Jumat (1/10) melaporkan PMI Manufaktur Indonesia berhasil keluar dari zona kontraksi pada September ke level 52,2. Tahap ekspansif sektor manufaktur ditandai oleh angka PMI yang berada di atas 50. Indeks PMI Manufaktur tersebut membaik setelah dua bulan sebelumnya terkontraksi. PMI Manufaktur Juli sebesar 40,1 dan Agustus 43,7.

Pada hari yang sama Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) justru mengalami deflasi 0,04%. Penurunan harga-harga terutama dipengaruhi deflasi 0,12% pada kelompok makanan, minuman dan rokok yang merupakan salah satu komponen pengeluaran terbesar dalam ekonomi domestik.

Namun, analisis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto menilai deflasi bulan lalu justru menjadi tanda positif. Konsumsi juga tidak sepenuhnya melemah mengingat deflasi hanya terjadi pada komponen harga bergejolak, sementara komponen inti masih inflasi 0,13%. 

"Sentimen cukup baik setelah data inflasi menunjukkan deflasi secara bulanan, di tengah banyaknya negara-negara di dunia yang mengalami kenaikan inflasi," kata Rully kepada Katadata.co.id.

Namun sentimen eksternal berupa tapering off juga dinilai masih mendominasi. Ia meramal rupiah akan bergerak melemah dan diperdagangkan di kisaran Rp 14.296 hingga Rp 14.365 per dolar AS. 

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said