Sri Mulyani mengatakan, siap bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mendorong transisi ekonomi rendah karbon di dalam negeri. Indonesia saat ini berencana bekerja sama dengan Bank Pembangunan Asia (ADB) untuk melakukan studi terkait Mekanisme Transisi Energi (ETM). Kemitraan ini rencananya akan diluncurkan pada pertemuan COP26 di Glasgow mendatang.
ADB kini tengah gencar mendukung pembiayaan proyek perubahan iklim. Lembaga keuangan tersebut awal bulan ini mengumumkan kembali menambah pendanaan perubahan iklim dari semula US$ 80 miliar atau Rp 1.136 triliun, kemudian naik menjadi US$ 100 miliar atau Rp 1.200 triliun hingga tahun 2030 mendatang.
Dana jumbo tersebut akan disalurkan kepada negara-negara yang masuk dalam daftar keanggotana ADB. Kemudian lebih dari separuh anggaran tersebut akan dialokasikan khusus untuk mendukung proyeks mitigasi iklim seperti penyimpanan energi, efisiensi energi dan transportasi rendah karbon.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan pemerintah juga membidik kerja sama dengan Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB). Selama ini AIIB sudah menyalurkan pinjaman kepada Indonesia sebesar US$ 2,9 miliar atau setara Rp 41,1 triliun sampai April 2022. Nilai ini terdiri atas alokasi US$ 1,5 miliar untuk dana penangana Covid-19, sedangkan sisanya US$ 1,4 miliar untuk infrastrukltur.
"Melalui kerja sama dengan AIIB, Kementerian Keuangan ke depannya akan berupaya memperkuat investasi ke infrastruktur berkelanjutan," kata Sri Mulyani.