Investor di Amerika Serikat (AS) tengah bersiap untuk menghadapi tingkat inflasi tertinggi dalam hampir 40 tahun. Wall Street memperkirakan inflasi bulan November, yang akan diumumkan pemerintah AS hari ini, Jumat (10/12), mencapai 6,7% secara tahunan, dengan inflasi inti mencapai 4,9%.
Terakhir kali inflasi di Negeri Paman Sam mencapai level setinggi ini adalah pada masa pemerintahan Presiden Ronald Reagan, ketika AS tengah menghadapi resesi yang curam.
Jika perkiraan tersebut benar, ini akan menjadi level inflasi utama tertinggi sejak Juni 1982 yang mencapai 7%, walau masih jauh dari rekor tertinggi inflasi di Amerika yang mencapai lebih dari 14% pada Maret dan April 1980.
Pasar sebenarnya sudah memperkirakan inflasi tinggi, sebab investor telah melihat sejumlah data ekonomi menunjukkan level tertinggi dalam beberapa dekade terakhir. Namun pasar khawatir dengan reaksi agresif The Federal Reserve (Fed).
"Saya pikir ini berita buruk untuk saham. Inflasi tinggi adalah masalah yang akan membuat Fed menjadi lebih agresif dan ini akan mengoreksi indeks saham," kata kepala analis pendapatan tetap Brown Advisory, Tom Graff, seperti dikutip CNBC.com, Jumat (10/12).
Fed sudah banyak bereaksi terhadap tingginya inflasi di Amerika dan dengan inflasi yang terus melonjak kebijakannya diperkirakan semakin agresif.
Pada pertemuan pekan depan, Fed diperkirakan mempercepat langkah tapering off dengan mengurangi pengurangan pembelian obligasi menjadi US$ 30 miliar per bulan. Setelah itu, Fed bisa jadi akan mulai menaikkan suku bunga jika inflasi masih menjadi masalah.
"Semua orang tahu jika inflasi akan menjadi tinggi. Tapi jika levelnya mencapai di atas konsensus, terutama inflasi inti, itu akan lebih menantang Fed untuk tidak hanya mempercepat tapering, tetapi juga mempertimbangkan menaikkan suku bunga awal tahun depan," kata Graff.
Proyeksi pasar saat ini adalah Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada Mei atau Juni. Ada sekitar 61% peluang Fed akan menaikkan suku bunga untuk ketiga kalinya pada bulan Desember 2022.
Kepala ekonom TS Lombard, Steven Blitz menilai kenaikan suku bunga pertama Fed kemungkinan akan terjadi pada Maret. “Kenaikannya akan dipercepat karena kondisi untuk memulai siklus kenaikan suku bunga yang telah diantisipasi sejak setahun lalu juga berkembang pesat,” ujarnya.
Namun dia menegaskan bahwa yang menjadi perhatian investor bukan tingginya harga melainkan dampak dari inflasi terhadap upah, dan suku bunga pinjaman. “Federal Open Market Committee (FOMC) akan segera menyadari bahwa mereka harus mengejar suku bunga dengan inflasi,” ujar Blitz.
Dia memperkirakan Fed, pada pertemuan minggu depan, belum akan menaikkan suku bunga tahun depan, namun akan memperbarui perkiraan ekonominya yang akan mempengaruhi keputusan untuk menaikkan suku bunga.
Pada pertemuan FOMC bulan September, prakiraan menunjukkan sedikit kecenderungan untuk menaikkan suku bunga satu kali pada 2022. Namun mereka akan sulit mengabaikan tingkat inflasi yang terus melonjak.
“Angka inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dapat menciptakan rasa urgensi yang lebih besar bagi Fed untuk bereaksi melalui kemungkinan kenaikan suku bunga lebih cepat,” tulis ekonom Citigroup Veronica Clark.