Surplus Neraca Dagang Diramal Anjlok Efek Larangan Ekspor Batu Bara

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.
Ilustrasi. Kebijkan larangan ekspor batu bara akan menekan kinerja ekspor pada bulan lalu.
Penulis: Agustiyanti
15/2/2022, 06.41 WIB

Neraca perdagangan diperkirakan mencatatkan surplus US$ 300 juta, anjlok dibandingkan bulan sebelumnya US$ 1,02 miliar maupun periode yang sama tahun lalu US$ 1,96 miliar. Surplus neraca perdagangan yang menyusut antara lain dipengaruhi penerapan larangan ekspor batu bara sepanjang bulan lalu.  

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, kinerja ekspor dan impor pada Januari berdasarkan pola musiman selama lima tahun terakhir selalu menunjukan tren penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Ia memperkirakan ekspor tumbuh melambat 35,01% secara tahunan, sedangkan impor tumbuh menguat 52,66%. Ekspor pada Desember 2021 tumbuh 35,3%, sedangkan impor naik 47,93%. 

“Pada Januari 2020, pemerintah menerapkan larangan ekspor batu bara untuk memenuhi kebutuhan domestik. Di tahun 2021, ekspor batu bara mencakup kurang lebih 15% dari total ekspor sehingga diperkirakan berdampak signifikan,” ujar Josua kepada Katadata.co.id, Senin (14/2). 

Selain itu, menurut dia, data purchasing managers index (PMI) negara-negara mitra dagang Indonesia, seperti Cina, Amerika Serikat, dan India juga menurun pada bulan lalu. Kondisi ini berpotensi menekan ekspor. 

“Dari sisi harga komoditas selain batu bara, menunjukkan kenaikan. Harga karet naik 3,3% secara bulanan dan CPO naik 5,86%,” kata Josua. 
Sementara itu, menurut dia, impor pada Januari didorong oleh kenaikan harga minyak global yang mencapai 15,17%. Kinerja impor juga dipengaruhi peningkatan aktivitas manufaktur dan permintaan konsumen. 

“Kami perkirakan neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$ 300 juta,” kata Josua. 

Sementara itu, Ekonom bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan neraca perdagangan pada bulan lalu hanya akan mencatatkan surplus US$ 200 juta.  “Ini sebagian besar terkait larangan ekspor Batu Bara pada Januari 2022,” kata dia dalam risetnya. 

Ia memperkirakan larangan ekspor batu bara menyebabkan kinerja ekspor tumbuh melambat sebesar 30,33% pada bulan lalu. PMI manuktur Cina yang turun di bawah 50 juga menunjukan lesunya permintaan dari negara mitra Dagang utama Indonesia tersebut. 

“Dampak ekspor batu bara diperkirakan mengurangi ekspor sekitar US$ 1 miliar,” ujarnya. 

Sementara itu, ia memperkirakan kinerja impor akan tumbuh menguat 48,04%. Hal ini sejalan dengan harga minyak yang meningkat dan PMI manufaktur Indonesia yang tetap Kuat.