Rupiah Hari Ini Diramal Melemah, Tertekan Kenaikan Inflasi Domestik

ANTARA FOTO/Subur Atmamihardja/wsj/foc.
Teller memegang mata uang Dolar AS dan Rupiah di sebuah tempat penukaran uang, Jakarta, Rabu (6/7/2022).
Penulis: Abdul Azis Said
2/8/2022, 10.07 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka menguat tipis tiga poin ke level Rp 14.870 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Pergerakan rupiah akan dipengaruhi kenaikan inflasi domestik yang semakin mendekati 5% secara tahunan pada bulan lalu.

Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik melemah dari posisi pembukaan ke level Rp 14.888 pada pukul 09.21 WIB. Ini bahkan lebih rendah dari posisi penutupan kemarin di Rp 14.873 per dolar AS.

Mata uang Asia lainnya melemah pagi ini. Won Korsel terkoreksi 0,26% disusul dolar Taiwan 0,12%, peso Filipina 0,12%, yuan Cina dan ringgit Malaysia 0,1%. Sebaliknya, yen Jepang menguat 0,68% disusul rupee India 0,3% , baht Thailand 0,02% dan dolar Singapura 0,06%, sedangkan dolar Hong Kong stagnan.

Analis Bank Mandiri Reny Eka Putri memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang Rp 14.842-Rp 14.935 per dolar AS. Pergerakan nilai tukar akan dipengaruhi sentimen dari dalam dan luar negeri.

"Dari domestik, pasar merespons data inflasi yang dirilis meningkat sebesar 4,94% yoy. Ini akan sedikit memberi pelemahan, karena realisasinya di atas ekspektasi pasar," kata Reny dalam risetnya dikutip Selasa (2/8).

Realisasi inflasi Juli juga lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 4,35% secara tahunan. Tekanan inflasi ini terutama berasal dari harga pangan bergejolak alias volatile food dan harga diatur pemerintah, sementara inflasi inti terpantau masih rendah.

"Rupiah juga kan cenderung sideways, mengantisipasi data pertumbuhan ekonomi domestik, di tengah masih meningkatnya kasus Covid-19 di dalam negeri. Data pertumbuhan ekonomi kuartal II akan dirilis pada akhir pekan ini," tulisnya dalam riset.

Analis pasar uang Ariston Tjendra menyebut nilai tukar rupiah berpotensi melemah hari ini dengan sentimen negatif yang membayangi aset berisiko pagi ini. Potensi pelemahan ke arah Rp 14.900 dengan potensi penguatan ke kisaran Rp 14.850.

"Indeks saham Asia terlihat bergerak negatif pada awal perdagangan mengikuti penutupan negatif indeks saham AS semalam. Sentimen pelambatan ekonomi global memicu sentimen negatif tersebut," kata Ariston.

Rilis data survei manufaktur beberapa negara perekonomian besar seperti Australia, Korea Selatan, Cina, dan beberapa negara Eropa dan AS, kemarin menunjukkan pelambatan aktivitas manufaktur dibandingkan bulan sebelumnya. Ini memicu ekspektasi pasar bahwa ekonomi global sedang melambat dan bisa menuju resesi.

Selain itu, ekspektasi perlambatan ekonomi global juga karena kembali meningkatnya ketegangan hubungan AS dan Cina. Hal ini dipicu munculnya kabar rencana Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan. Kabar itu sontak direspons Cina dengan mengancam bakal menyiapkan pasukan militernya jika rencana itu betul-betul dilakukan.

Di sisi lain, rupiah mendapat dorongan penguatan dari ekspektasi pasar kemungkinan The Fed tidak lagi seagresif sebelumnya. Kenaikan suku bunga acuan The Ged berikutnya kemungkinan tidak sebesar sebelumnya seiring meningkatnya risiko resesi di AS.

Reporter: Abdul Azis Said