"Setelah itu (2037), kita akan masuk ke generasi yang aging dengan tingkat produktivitasnya biasanya rendah. Biasanya kalau masuk aging itu pertumbuhan ekonominya flat dan ini yang kita khawatirkan," kata Suharso dalam rapat kerja dengan Komisi XI hari ini.
Sementara itu, Bappenas melihat sejauh ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di bawah kapasitasnya. Salah satu penyebabnya karena rasio Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia terhadap PDB masih di bawah besaran yang dibutuhkan. Ekspansi APBN ini bertujuan membantu pertumbuhan ekonomi.
Dia mengatakan, idealnya butuh APBN di atas 20% dari PDB bagi negara yang pertumbuhan ekonominya masih di bawah kapasitasnya. Namun, Suharso menyebut dalam 10 tahun terakhir rata-rata Indonesia hanya mengalokasikan 15%-16%.
"Akibatnya memang untuk mendorong masuk di basket pertumbuhan ekonomi potensialnya itu belum maksimal," kata Suharso.
Berdasarkan data Tradingeconomics, Vietnam tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di kawasan Asia Pasifik, yakni sebesar 7,72% (year on year/yoy) pada kuartal II 2022. Diurutan kedua, Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,44% (yoy).
Berikutnya, Singapura dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,8% (yoy), kemudian Taiwan tumbuh 3,08% (yoy), Korea Selatan tumbuh 2,9% (yoy), Amerika Serikat tumbuh 1,6% (yoy).