Surplus Neraca Dagang Diprediksi Turun Imbas Pelemahan Harga Komoditas
Neraca Dagang di Bawah Ancaman Resesi
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan surplus neraca dagang Agustus lebih kecil lagi, yakni US$ 3,7 miliar. Ekspor diramal hanya tumbuh 16,1% secara tahunan menjadi US$ 24,9 miliar sementara impor tumbuh 26,9% atau sebesarUS$ 21,2 miliar.
Perlambatan laju ekspor dipengaruhi potensi penurunan volume ekspor imbas lesunya permintaan dari negara mitra utama. Beberapa harga komoditas ekspor utama juga terpantau turun sekalipun harga nikel dan CPO naik.
Josua memprediksi impor diperkirakan turun seiring pelemahan harga minyak dunia secara bulanan. "Sementara itu, impor non migas diperkirakan meningkat terindikasi dari peningkatan aktivitas manufaktur domestik," kata Josua dalam risetnya.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan surplus neraca dagang Agustus berada di kisaran yang relatif sama dengan perkiraan Josua sebesar US$ 3,69 miliar. Ekspor melemah seiring lesunya kinerja ekonomi global di tengah bayang-bayang resesi. Pertumbuhan ekspor secara tahunan hanya sebesar 19,2%.
Impor juga diramal melambat ke 31% imbas moderasi harga minyak. Namun penurunannya tidak sedalam ekspor karena perbaikan kinerja manufaktur domestik mendorong naiknya permintaan terhadap barang-barang impor.
"Kami perkirakan surplus neraca barang dalam meraca transaski berjalan cenderung menyempit ke depannya. Kami perkirakan impor dapat mengimbangi ekspor seiring percepatan pemulihan ekonomi domestik," kata Faisal dalam risetnya.
Kekhawatiran resesi mendorong harga-harga komoditas melemah seiring lesunya permintaan. Hal ini akan menjadi penyebab kemungkinan kinerja ekspor melemah di paruh kedua tahun ini.