Sinyal Resesi Makin Dekat, Surplus Neraca Dagang Mulai Menyusut

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/tom.
Suasana bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (11/8/2022).
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati
18/10/2022, 05.35 WIB

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan tanda-tanda perlambatan ekonomi sebetulnya sudah terlihat. Hal ini terlihat dari penurunan beberapa harga komoditas yang sudah berlangsung beberapa bulan terakhir.

Ia melihat penurunan ekspor akan relatif terbatas kedepannya. Ekspor kemungkinan masih akan stagnan dibayangi pelemahan ekonomi banyak mitra dagang utama Indonesia.

"Ekspor masih mungkin stagnan, karena The Fed juga masih cenderung menaikkan suku bunga sehingga agak susah banyak negara untuk masuk zona ekspansi terutama dari manufakturnya, karena itu ekspor cenderung agak lambat sampai akhir tahun," kata David.

Tahun depan, ekspor juga akan melemah tetapi tidak akan signifikan karena beberapa faktor. Penurunan beberapa bulan ke depan tak lepas dari periode musiman di mana banyak negara sudah memenuhi persediaan menjelang musim dingin. Karena itu, saat musim dingin berlalu, banyak negara akan kembali melakukan restocking.

Selain itu, pelemahan ekspor kemungkinan pada komoditas non-energi, sementara ekspor beberapa komoditas energi seperti batu bara masih berpotensi tinggi. Karena itu, ekspor energi yang masih tinggi bisa mengkompensasi penurunan pada produk non energi seperti industri pengolahan.

Di sisi lain, ekspor yang akan lesu tahun depan terjadi saat ekonomi domestik pulih sehingga permintaan terhadap barang impor meningkat. Karena itu, David juga menyebut ada potensi neraca dagang berbalik defisit tahun depan setelah lebih dari dua tahun surplus.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said