Bank Dunia Anggap Risiko Stagflasi Sekarang Mirip dengan 1970-an

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.
Suasana lanskap ibu kota terlihat dari kawasan Gondangdia, Jakarta, Selasa (14/6/2022).
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati
18/10/2022, 18.05 WIB

Habib mengatakan stagflasi yang terjadi pada pertengahan 1970-an kemudian menyebabkan krisis keuangan. "Namun sekarang tampaknya ada alasan yang bagus untuk berpikir bahwa situasi ini (krisis keuangan setelah stagflasi) dapat dihindari pada tahun-tahun mendatang karena ada beberapa perbedaan," ujarnya.

Kerangka kebijakan moneter oleh bank sentral di banyak negara telah meningkat menjadi lebih baik saat ini dibandingkan periode stagflasi terakhir kali. Pada tahun ini, lebih dari 40 negara di dunia telah memiliki target inflasinya masing-masing, berbeda saat tahun 2000, hanya kurang dari 20 yang mengadopsi langkah ini.

Selain itu, penguatan kerangka kebijakan moneter juga telah lebih baik dalam menjangkar ekspektasi inflasi. Hal ini tercermin dari sensitivitas ekspektasi inflasi terhadap setiap kali terjadi kejutan kenaikan harga terus menurun. Artinya, setiap kali terjadi kenaikan harga tiba-tiba, tidak serta merta ikut menyeret ekspektasi inflasi melonjak signifikan.

"Jadi, ekspektasi inflasi menjadi jauh lebih bisa dijangkau karena kredibilitas bank sentral dalam mengelola inflasi, termasuk di Indonesia," kata Habib.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said