Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Diramal Capai 5,6%, Ini Penopangnya

ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/wsj.
Truk pengangkut peti kemas beroperasi di Terminal Peti Kemas, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (3/9/2022).
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Lavinda
4/11/2022, 07.26 WIB

Rully berharap perbaikan ekonomi domestik dan tingginya surplus neraca perdagangan dapat menopang pergerakan nilai tukar rupiah yang sempat mencapai Rp 15.600 per dolar AS, dan tekanan terhadap harga obligasi pemerintah. Turunnya harga obligasi tersebut memicu kenaikan tingkat imbal hasil (yield) di pasar sekunder.

Menurut dia, tekanan pada nilai tukar rupiah dan pasar obligasi disebabkan oleh naiknya suku bunga kebijakan AS atau Federal Funds Rate (FFR) yang cukup agresif tahun ini, yakni mencapai 300 bps menjadi 3,25% hingga September. 

Dia mengatakan, kenaikan suku bunga acuan tersebut juga terjadi di dalam negeri, di mana Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan, BI-7DRRR sebesar 125 bps hingga level 4,75% demi menyikapi tingginya laju inflasi. Inflasi September dibukukan mencapai 5,95%, tertinggi sejak Oktober 2015, setelah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada awal September lalu. 

“Kami memprediksi FFR dapat naik lagi hingga 4,5% pada akhir tahun. Di dalam negeri, kami memprediksi inflasi periode 2022 akan mencapai 7,13% sehingga BI 7-DRR dapat naik lagi 25 bps pada bulan ini menjadi 5% dari posisi sekarang 4,75%.” tutup Rully.

Halaman:
Reporter: Zahwa Madjid