Luhut: Pembelian Motor Listrik Akan Disubsidi Rp 6,5 Juta Tahun Depan

Katadata / Wahyu Dwi Jayanto
Menteri Koordinator Bidang Investasi dan Maritim menargetkan motor listrik mencapai 1,2 juta unit pada 2024.
Penulis: Agustiyanti
30/11/2022, 11.48 WIB

Pemerintah berencana menyubsidi pembelian mobil dan motor listrik mulai tahun depan agarnya harganya lebih terjangkau oleh masyarakat. Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut kemungkinan subsidi untuk pembelian motor listrik mencapai Rp 6,5 juta. 

"Kemarin Sri Mulyani ke kantor saya, saya bilang besok (hari ini) kita bicarakan lagi berapa persisnya subsidi untuk sepeda motor dan mobil listrik," ujar Luhut dalam Wealth Wisdom 2022 Permata Bank x Katadata di Jakarta, Selasa (29/12). 

Luhut mengatakan insentif dibutuhkan untuk mengembangkan industri motor dan mobil listrik di Indonesia. Pemerintah berambisi memproduksi motor listrik mencapai 1,2 juta unit dan mobil listrik sebanyak 75.000 unit pada 2024. 

Indonesia akan meniru langkah berbagai negara yang sudah mulai memberikan subsidi untuk pembelian kendaraan listrik. Perbandingannya dapat dilihat dalam databoks di bawah ini.

Menurut Luhut, Indonesia memiliki potensi yang besar karena memiliki market size berupa penduduk yang mencapai 280 juta orang dengan 60 juta orang di antaranya kelas menengah. "Saya bahkan bilang itu bisa dinaikkan jadi 1,5 juta unit," ujarnya saat membahas target produksi motor listrik.

Adapun  realisasi produksi kendaraan listik saat ini baru mencapai 5.000 unit mobil dan 23.000 unit motor. 

Saat ini, menurut Luhut, pemerintah sedang bernegosiasi dengan sejumlah investor untuk membangun pabrik di Indonesia. Salah satunya, Tesla. 

“Saya bidang ke Tesla, kalau bikin pabrik di sini, pasti penjualan akan naik. Tapi saya sudah NDA (nondisclosuer agreement) dengan Tesla, saya tidak boleh cerita dengan kalian,” ujarnya. 

Pengembangan industri kendaraan listrik menjadi bagian dari upaya pemerintah mencapai target net zero emission pada 2060. Laporan BloombergNEF (BNEF)  menyebutkan Indonesia membutuhkan investasi mencapai US$ 1,5 triliun hingga US$ 3,5 triliun atau sekitar Rp 23,5 kuadriliun hingga Rp 54,2 kuadriliun untuk membiaya transisi energi dan mencapai target tersebut.