Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah sedang merampungkan regulasi penyaluran bantuan sosial (bansos) baru untuk beras, telur dan ayam. Bantuan rencananya disalurkan mulai Maret, hingga tiga bulan ke depan.
"Pemerintah kemarin telah memutuskan akan memberikan bantuan beras selama tiga bulan, demikian pula untuk bantuan telur dan ayam," kata Airlangga dalam Kick-Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi (GNPIP) 2023 secara daring, Minggu (5/3).
Lebih lanjut, rencana tersebut masih dalam proses penyusunan regulasinya. Namun, dia belum merencanakan secara detail terkait kapan aturan itu resmi dirilis.
Ia menyebut bansos tersebut akan diberikan kepada kelompok masyarakat desil bawah yang termasuk dalam penerima program keluarga harapan (PKH) dan bantuan pangan non tunai.
"Diharapkan dalam tiga bulan ini berjalan dan juga kami mengingatkan pada Maret ada survei terkait kemiskinan, sehingga tentu diharapkan kita bisa menahan inflasi agar kemiskinan tidak meningkat, Bansos ini akan dilaksanakan Maret hingga Mei," kata Airlangga.
Rencana pemberian bansos beras tersebut dilakukan di tengah lonjakan harga beras di banyak daerah. Airlangga menyampaikan, beras menjadi salah satu pemicu masih tingginya inflasi Indonesia beberapa bulan terakhir.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi beras bulan lalu yakni 2,63% dibandingkan Januari 2023, atau 10,41% dibandingkan tahun sebelumnya. Harga beras terus naik meskipun produksi bulan lalu diperkirakan naik tinggi.
Inflasi beras Februari 2023 baik secara bulanan maupun tahunan lebih tinggi dibandingkan Januari 2023, serta jauh di atas realisasi Februari 2022. Pada Februari tahun lalu, inflasi beras secara bulanan hanya mencapai 0,11% atau 0,27% secara tahunan.
Airlangga menyebut harga beras diharap bisa terbantu oleh musim panen yang akan jatuh pada bulan ini dan bulan depan. Meski demikian, ia juga tak ingin panen memicu penurunan harga yang kemudian membuat kesejahteraan petani menurun.
"Kita tidak ingin ketika produksi beras rendah harga tinggi, namun pada saat panen harganya turun sehingga kita akan kehilangan beberapa segi baik dari sisi nilai tukar petani (indikator kesejahteraan petani) maupun inflasi, sehingga perlu dijaga agar nilai tukar petani bisa tetap baik," kata Airlangga.