Ekonom Prediksi Surplus Neraca Dagang Agustus Turun Jadi US$ 1,67 M
Para ekonom memprediksi surplus neraca dagang pada Agustus tahun ini akan turun menjadi US$ 1,67 miliar. Penurunan surplus neraca dagang tersebut disebabkan oleh perlambatan ekspor sejumlah komoditas, seperti batu bara, gas, dan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual memprediksi surplus neraca dagang akan mencapai US$ 1,67 miliar pada Agustus. Ia juga memperkirakan kinerja ekspor akan turun 19,17% secara tahunan (year-on-year) dan turun 5,89% secara bulanan (month to month). "Komoditas impor juga turun," kata David kepada Katadata.co.id, pada Kamis (14/9).
Badan Pusat Statistik (BPS) akan melaporkan data neraca dagang dan kinerja ekspor impor bulan Agustus, pada Jumat (15/9) pukul 09.00 WIB.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI) Josua Pardede pun menilai neraca dagang pada Agustus lalu akan tercatat surplus US$ 1,5 miliar. Ia memprediksi kinerja ekspor diperkirakan turun 21,83% yoy dan kinerja impor diperkirakan turun 8,45%yoy.
Joshua melihat ekspor bulan Agustus didukung oleh kenaikan harga komoditas ekspor seperti batu bara yang naik sekitar 8,52% secara bulanan (mtm) meskipun harga CPO tercatat turun sekitar 2,01% mtm.
“Volume ekspor diperkirakan meningkat, yang terindikasi dari peningkatan aktivitas manufaktur mitra dagang utama Indonesia seperti Eropa, Tiongkok, Jepang, dan India. Meskipun demikian terdapat beberapa mitra dagang utama seperti AS dan Korea yang mengindikasikan penurunan aktivitas manufakturnya,” kata Joshua kepada Katadata.co.id, Kamis (14/9).
Di tengah ekspektasi peningkatan volume ekspor serta kenaikan harga komoditas batu bara, kinerja impor pada Agustus juga diperkirakan cenderung meningkat jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal tersebut terindikasi dari peningkatan aktivitas manufaktur domestik.
Selain itu, dalam rangka merespons penurunan stok padi nasional, impor beras cenderung meningkat bersamaan dengan kenaikan harga beras internasional sekitar 16-17% mtm. Selain impor non-migas, impor migas pun juga diperkirakan meningkat terbatas sejalan dengan kenaikan harga minyak mentah Brent sekitar 7,57% mtm.
Sebelumnya, BPS mencatat surplus neraca dagang sebesar US$ 1,31 miliar pada Juli 2023, terendah kedua tahun ini setelah surplus pada Mei yang tak mencapai setengah miliar dolar AS. Capaian ini jauh di bawah ekspektasi pasar, seiring kenaikan impor yang lebih cepat dibandingkan impor.
Surplus bulan lalu jauh lebih rendah dari ekspektasi pasar yang mencapai US$ 2,53 miliar, seperti dikutip dari Investing.com. Realisasi surplus neraca dagang pada Juli juga lebih rendah dibandingkan surplus Juni lalu yang mencapai US$ 3,46 miliar. Surplus dagang yang menipis disebabkan kenaikan impor secara bulanan yang lebih cepat dibandingkan kenaikan ekspor. Nilai ekspor bulan lalu sebesar US$ 20,88 miliar, naik tipis 1,4% dibandingkan bulan sebelumnya tetapi anjlok 18% dibandingkan Juli 2023.