Rupiah Perkasa ke 15.495 per US$ karena Kemungkinan Bunga Fed Tak Naik

ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Ilustrasi.
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Agustiyanti
15/11/2023, 11.07 WIB

Nilai tukar rupiah menguat hingga 1,27% ke level 15.495 per dolar Amerika Serikat pada perdagangan pagi ini menjelang rilis neraca perdagangan bulan lalu. Rupiah menguat karena investor melihat ada kemungkinan bunga The Fed tak naik pada pertemuan berikutnya setelah data inflasi Amerika Serikat diumumkan.

Mengutip Bloomberg, mayoritas mata uang Asia juga menguat terhadap dolar AS. Won Korea Selatan paling perkasa, menguat 2,3% terhadap dolar AS. Ringgit Malaysia menguat 1,26%, dolar Taiwan o,98%, peso Filipina 0,52%, baht Thailand 0,11%, yuan Cina 0,15%, dolar Singapura 0,12%, dan dolar Hong Kong 0,03%. Di sisi lain, yen Jepang menguat 0,13%.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menjelaskan, Ariston Tjenda menjelaskan, rupiah menguat pagi ini setelah data inflasi konsumen Amerika Serikat bulan Oktober yang dirilis semalam menunjukkan kenaikan di bawah ekspektasi pasar. Inflasi AS tercatat sebesar 3,2%, di bawah ekspektasi pasar sebesar 3,3% dan bulan sebelumnya 3,7%.

"Hasil ini menurunkan ekspektasi pasar soal kenaikan suku bunga acuan AS atau kebijakan suku bunga tinggi AS ditahan lebih lama," ujar Ariston kepada Katadata.co.id, Rabu (15/12). 

Ia menjelaskan, survei CME FedWatch Tool menunjukkan persentase probabilitas yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. The Fed akan menahan suku bunga acuannya di rapat Desember. Angka probabilitas naik menjadi 99,8% dari sebelumnya 85%.

Indeks dollar AS yang mengukur kekuatan dollar AS dibandingkan enam  nilai tukar utama dunia turun dari kisaran 105,80 kemarin menjadi 104.14 pagi ini. Penguatan rupiah ini juga didukung oleh data produksi industri China yang rebound dan data Trade balance Indonesia yang kemungkinan masih surplus.

"Hingga penutupan, kemungkinan rupiah masih bisa menguat di kisaran 15.500-15.480 per dolar AS," ujarnya.

Pengamat pasar uang Lukman Leong juga melihat rupiah menguat tajam terhadap dolar AS yang anjlok setelah data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan. Data ekonomi dari Cina yang di antaranya  mencakup penjualan ritel dan produksi industri ebih baik dari harapan juga mendukung rupiah.

"Sentimen lain datang dari data  perdagangan Indonesia yang akan dirilis pukul 11.000 WIB dan diperkirakan akan kembali surplus namun ekspor dan impor diperkirakan masih turun. Rupiah akan bergerak dalam rentang 15.450-15,550 per dolar AS," kata dia.