Ramainya Belanja Online Bisa Tekan Inflasi, Ini Kata Bank Indonesia

ANTARA FOTO/Mecca Yumna/sgd/YU
Warga mencari barang di lokapasar atau marketplace, Depok, Jawa Barat, Jumat (5/1/2023). Kementerian Perdagangan memperkirakan nilai transaksi perdagangan digital atau e-commerce mencapai Rp533 triliun pada 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp476 triliun.
19/1/2024, 15.39 WIB

Aktivitas belanja online masyarakat Indonesia makin berkembang seiring dengan kemudahan yang diperoleh. Mereka hanya perlu menggunakan telepon genggam, maka barang yang dibeli bisa dikirim ke rumah.

Hal ini berkat kehadiran e-commerce atau platfom untuk jual beli produk secara online. Dengan adanya e-commerce, juga memungkinkan pelaku usaha bisa menjangkau pasar yang lebih luas.

Berbagai kemudahan itu, membuat transaksi e-commerce menyentuh angka triliunan rupiah. Bank Indonesia (BI) mencatat transaksi e-commerce penduduk Indonesia sebesar Rp 453,75 triliun pada 2023.

Dengan nilai transaksi digital yang besar, bagi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo bisa menekan laju inflasi. Hal ini karena digitalisasi ekonomi keuangan telah memudahkan transaksi, dan perdagangan secara besar maupun ritel.

“Kemudahan transaksi yang dialami platform digital, terdapat kompetisi harga. Kompetisi harga ini yang terus menurunkan inflasi. Khususnya inflasi inti,” ujar Perry di Jakarta, Rabu (17/1).

Namun Perry tidak mengungkapkan berapa laju inflasi yang turun dengan semakin masifnya transaksi e-commerce di Indonesia.

Efisiensi Kegiatan Ekonomi

Ekonom Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda menilai perdagangan secara elektronik dapat membuat kegiatan ekonomi lebih efisien. Dengan demikian menghemat margin distribusi barang.

Disisi lain, para produsen mempertimbangkan kembali jika ingin menaikkan harga barang yang sudah dijual di e-commerce. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab nilai transaksi e-commerce sepanjang tahun 2023 menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Tercatat transaksi e-commerce turun dari Rp 476 triliun pada 2022 menjadi Rp Rp 453,75 triliun pada 2023. Angka masih ini atau jauh di bawah target BI pada 2023 mencapai Rp 533 triliun.

“Informasi yang terbuka dan sifat konsumen yang masih price oriented consumer membuat masyarakat lebih memilih barang yang lebih murah,” ujar Nailul kepada Katadata.co.id, Jumat (19/1).

Transaksi E-Commerce Turun

Kendati transaksi e-commerce menurun sepanjang 2023, Nailul optimis transaksi e-commerce dapat meningkat tahun ini. Peningkatan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, pendapatan masyarakat.

“Pendapatan masyarakat tahun ini nampaknya naik dengan proporsi tertentu. UMP naik, gaji ASN juga naik. Dengan pola konsumsi yang berubah, nampaknya nilai transaksi e-commerce bisa meningkat di tahun ini,” ujarnya.

Selain itu, ekosistem e-commerce kini juga semakin canggih. “Maraknya live shopping dan masuknya TikTok live ke Tokopedia, bisa membuat transaksi e-commerce meningkat.” ujar Nailul.

Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyarankan peningkatan transaksi e-commerce dengan sejumlah cara. Salah satunya dengan meninjau ulang kebijakan atau regulasi terkait e-commerce agar bisa dipertimbangkan oleh pemerintah.

“Di sisi lain, kita tahu promo-promo terkait e-commerce itu juga relatif rendah dan dukungan dari pemerintah pun juga tidak begitu banyak,” ujarnya.

Reporter: Zahwa Madjid