Rupiah Masih Dibayangi Sentimen Pilpres 2024, Ini Kata Analis

ANTARA FOTO/ Erlangga Bregas Prakoso/tom.
Capres-cawapres nomor urut 1 Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar berpelukan usai pidato dalam kampanye akbar di Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta, Sabtu (10/2/2024). Kampanye tersebut merupakan penutup sebelum hari pelaksanaan Pemilu 2024 pada 14 Februari 2024.
12/2/2024, 11.20 WIB

Pergerakan rupiah diprediksi akan cenderung fluktuatif jelang Pemilu 2024. Apalagi, pelaku pasar masih menunggu hasil Pilpres yang nantinya akan memengaruhi kebijakan ekonomi nasional.

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menilai, sikap wait and see pelaku pasar menunggu hasil pemilu bisa membebani pergerakan rupiah.

"Pelaku pasar bisa saja menahan diri untuk masuk ke aset rupiah. Demikian pula kalau terjadi Pemilu dua putaran, pasar kembali akan mengambil sikap wait and see. Setelah hasilnya jelas, rupiah berpeluang menguat terhadap dolar AS," kata Ariston, kepada Katadata.co.id, Senin (12/2).

Tak berbeda, Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong juga sependapat. Dia menyebut sentimen utama rupiah saat ini adalah situasi politik pasca keputusan Pilpres nanti.

"Apabila, Pilpres sukses tanpa adanya kekrisuhan, maka rupiah berpeluang menguat," kata Lukman.

Rupiah Akan Menguat Hari Ini

Nilai tukar rupiah dibuka menguat 19 poin atau 0,12% menjadi Rp 15.616 per dolar AS pada Senin (12/2) atau dua hari mendekati Pemilu 2024. Nilai itu meningkat dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp 15.635 per dolar AS pada Rabu (7/2).

Sejumlah analis percaya rupiah akan melanjutkan keperkasaanya terhadap dolar AS pada hari ini. Ariston misalnya, memperkirakan rupiah bisa menguat dengan pelemahan indeks dolar AS pada hari ini.

"Ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan bank sentral AS, The Fed masih menjadi pemicu pelemahan dolar AS. Pemangkasan tinggal menunggu waktu di tahun ini, meskipun the Fed menyatakan tidak akan terburu-buru memangkasnya," kata Ariston.

Dalam rapat The Fed akhir Januari lalu, pejabat The Fed Loretta Mester tidak lagi membahas terkait kenaikan suku bunga acuan tapi waktu pemangkasan suku bunga acuan pada tahun ini.

Namun demikian, ekspektasi the Fed ini bisa berubah bila data ekonomi AS terutama data inflasi terbaru bergerak lebih tinggi. Sehingga data AS masih menjadi penggerak nilai tukar terhadap dolar AS.

Di sisi lain, pelambatan ekonomi Cina bisa menjadi penghalang penguatan rupiah lebih lanjut. Data inflasi konsumen Cina pada bulan Januari menunjukkan deflasi -0,8% yang bisa diartikan sebagai penurunan permintaan.

Dia memperkirakan penguatan rupiah hari ini di kisaran Rp 15.630 - Rp 15.600 per dolar AS. Sementara posisi resisten rupiah di kisaran Rp 15.720 per dolar AS.

Reporter: Ferrika Lukmana Sari