Sambut Pilpres 2024, Rupiah Ditutup Menguat Rp 15.595 per dolar AS

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/tom.
Petugas menyusun uang pecahan rupiah di Kantor Cabang BSI KC Mayestik, Jakarta, Kamis (28/12/2023). Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.418 per dolar AS pada Kamis (28/12), dimana mata uang Garuda menguat 12 poin atau naik 0,08 persen dari penutupan perdagangan sebelumnya.
12/2/2024, 16.45 WIB

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada awal pekan, ditutup naik di tengah sentimen menjelang pemilihan presiden (Pilpres) dan wakil presiden RI pada 14 Februari 2024 mendatang.

Rupiah pada akhir perdagangan Senin, ditutup menguat 40 poin atau 0,26% menjadi Rp 15.595 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 15.635 per dolar AS.

"Sentimen utama saat ini adalah situasi politik pasca Pilpres nanti," kata analis mata uang Lukman Leong dikutip dari Antara, Senin (12/2).

Ia mengatakan, apabila Pilpres berlangsung sukses tanpa adanya kekisruhan, maka nilai tukar rupiah berpeluang menguat. Saat ini, para investor menunggu dan akan mengamati proses pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia. 

Di sisi lain, rupiah menguat karena adanya koreksi pada dolar AS setelah data inflasi AS pada bulan Desember 2023 direvisi turun dari 0,3% menjadi 0,2% pada Jumat lalu.

"Namun , penguatan mungkin akan terbatas mengingat kekhawatiran investor akan Pilpres 2024," ujar Lukman.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin naik ke level Rp 15.612 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.685 per dolar AS.

Rupiah Akan Bergerak Fluktuatif

Meski ditutup menguat, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan fluktuatif pada Selasa (12/2) besok. Sejumlah sentimen pasar akan memengaruhi kinerja rupiah.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 15.550 - Rp 15.630 per dolar AS," kata Ibrahim.

Ibrahim mengungkapkan, bahwa kinerja rupiah akan dipengaruhi faktor eksteral dan internal. Misalnya, risiko Pemilu yang akan berlangsung serentak di Indonesia pada 14 Februari 2024 mendatang.

"Dari pelaksanaan pemilu tahun ini, dapat menimbulkan dampak positif, khususnya terhadap peningkatan belanja atau konsumsi rumah tangga," kata Ibrahim.

Risiko domestik selanjutnya adalah inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pangan cenderung tinggi dipengaruhi oleh faktor cuaca El Nino.

Selain itu, risiko perlambatan ekonomi Cina, bukan hanya berdampak ke pertumbuhan global, tapi berdampak ke ekonomi Indonesia. Lebih dari 20% ekspor Indonesia ke Cina. "Jadi perlambatan ini mempengaruhi harga komoditas global, batu bara, kelapa sawit, dan lainnya," ujarnya.

Selain itu, kondisi higher for longer berkaitan dengan arah suku bunga The Fed yang bertahan tinggi diperkirakan sampai semester I 2024. Kemudian dampak kondisi geopolitik dari perang Rusia-Ukraina, serta Israel-Hamas.

"Dampak dari kondisi geopolitik ini sudah mulai terlihat di mana pasar keuangan dunia cenderung menguat," kata dia.

Reporter: Ferrika Lukmana Sari